Mengenai
Sakramen-sakramen Suci, ada klasifikasi/pembagian kelompok Sakramen yang jarang
kita dengar namun sebenarnya penting untuk kita ketahui. Pembagian kelompok
Sakramen tersebut dibuat berdasarkan penerima Sakramen yaitu Sakramen Orang
Mati dan Sakramen Orang Hidup. Apa maksudnya? Untuk menerangkan tentang Sakramen
Orang Mati dan Sakramen Orang Hidup ini, saya akan mengacu kepada Katekismus Santo
Pius X (KSPX)* yang disusun oleh Paus Santo Pius X dalam bentuk tanya jawab
mengenai suatu ajaran Gereja Katolik.
Apa yang
dimaksud dengan kata “Sakramen”?
Kata sakramen
berarti tanda-tanda rahmat yang dapat dirasakan dan berdaya guna, ditetapkan
oleh Yesus Kristus untuk menguduskan jiwa kita. (KSPX, Sakramen-sakramen,
Pertanyaan No. 2)
Mengapa anda
menyebut sakramen tanda-tanda rahmat dapat dirasakan dan berdaya guna?
Saya menyebut sakramen-sakramen
adalah tanda-tanda rahmat yang dapat dirasakan dan berdaya guna karena semua
sakramen menandakan rahmat ilahi yang sakramen-sakramen tersebut hasilkan dalam
jiwa kita melalui cara-cara yang dapat dirasakan. (KSPX, Sakramen-sakramen,
Pertanyaan No. 3)
Ada
sebagian umat Katolik menganggap bahwa penerimaan Sakramen-sakramen hanyalah
sekadar ritual yang terlihat. Namun, ajaran iman Katolik tidak menganggap
Sakramen-sakramen sekadar ritual belaka. Inilah ajaran iman Katolik yang paling
mendasar tentang Sakramen yaitu bahwa Sakramen-sakramen adalah tanda-tanda
rahmat yang berdaya guna untuk menguduskan jiwa kita. Setiap sakramen memiliki
tanda-tanda rahmat tersendiri. Contohnya saat Pembaptisan, tanda-tanda rahmat
itu ditunjukkan dengan penuangan air baptis ke dahi sambil Imam atau Uskup
mengucapkan kalimat “Aku membaptis engkau dalam Nama Bapa, dan Putera dan Roh
Kudus.” Pada saat itu juga, kita menerima rahmat pengudusan (sanctifying grace) dari Allah dalam
Sakramen Pembaptisan. Apa gunanya rahmat pengudusan? Jelas sekali untuk
keselamatan kita. Kita dikuduskan melalui sakramen-sakramen supaya kita layak untuk
diselamatkan.
Apa itu rahmat?
Rahmat adalah
sebuah karunia batin dan adikodrati yang diberikan kepada kita bukan karena
jasa-jasa kita, melainkan melalui jasa-jasa Yesus Kristus untuk mendapatkan
kehidupan yang abadi. (KSPX, Sakramen-sakramen, Pertanyaan No. 10)
Bagaimana rahmat
dibedakan?
Rahmat dibedakan
menjadi rahmat pengudusan (sanctifying grace), yang juga disebut rahmat
habitual (habitual grace), dan rahmat aktual (actual grace). (KSPX,
Sakramen-sakramen, Pertanyaan No. 11)
Apa itu rahmat
pengudusan?
Rahmat
pengudusan adalah karunia adikodrati yang melekat kepada jiwa kita dan menjadikan
kita pantas untuk diangkat sebagai anak-anak Allah dan pewaris-pewaris surga.
(KSPX, Sakramen-sakramen, Pertanyaan No. 12)
Berapa banyak
jenis rahmat pengudusan yang ada?
Rahmat
pengudusan ada dua: rahmat pertama (first grace) dan rahmat kedua (second
grace). (KSPX, Sakramen-sakramen, Pertanyaan No. 13)
Apa itu rahmat
pertama?
Rahmat pertama adalah
rahmat yang oleh karenanya seseorang meninggalkan keadaan berdosa berat menuju
ke keadaan adil (keadaan rahmat). (KSPX, Sakramen-sakramen, Pertanyaan No. 14)
Dan apa itu
rahmat kedua?
Rahmat kedua
adalah rahmat yang menambahkan rahmat pertama. (KSPX, Sakramen-sakramen,
Pertanyaan No. 15)
Apa itu rahmat
aktual?
Rahmat aktual
adalah sebuah karunia adikodrati yang mencerahkan akal budi, menggerakan dan
menguatkan keinginan untuk membuat kita dapat melakukan kebaikan dan
menghindari kejahatan. (KSPX, Sakramen-sakramen, Pertanyaan No. 16)
Bagaimana rahmat
diberikan kepada kita oleh Allah?
Rahmat diberikan
kepada kita oleh Allah terutama melalui sakramen-sakramen. (KSPX,
Sakramen-sakramen, Pertanyaan No. 19)
Apakah
sakramen-sakramen selalu menganugerahkan rahmat kepada kepada orang yang menerimanya?
Sakramen-sakramen
selalu menganugerahkan rahmat asalkan sakramen-sakramen diterima dengan
disposisi-disposisi yang diperlukan. (KSPX, Sakramen-sakramen, Pertanyaan No.
22)
Siapa yang
memberikan daya menganugerahkan rahmat kepada sakramen-sakramen?
Yesus Kristus
melalui penderitaan dan wafat-Nya memberikan kepada sakramen-sakramen daya
menganugerahkan rahmat. (KSPX, Sakramen-sakramen, Pertanyaan No. 23)
Apa
sakramen-sakramen yang menganugerahkan rahmat pengudusan pertama?
Sakramen-sakramen
yang menganugerahkan rahmat pengudusan pertama dan menjadikan kita
sahabat-sahabat Allah adalah dua; Pembaptisan dan Tobat. (KSPX,
Sakramen-sakramen, Pertanyaan No. 24)
Bagaimana dua
sakramen ini disebut mengenai hal itu (menganugerahkan rahmat pengudusan
pertama)?
Dua sakramen
ini, Pembaptisan dan Tobat, mengenai hal itu disebut sakramen-sakramen orang mati, karena sakramen-sakramen ini
ditetapkan terutama untuk mengembalikan kehidupan rahmat kepada jiwa yang mati
karena dosa. (KSPX, Sakramen-sakramen, Pertanyaan No. 25)
Sakramen-sakramen
mana saja yang menambahkan rahmat kepada mereka yang telah memiliki rahmat?
Sakramen-sakramen
yang menambahkan rahmat kepada mereka yang telah memilikinya adalah 5 sakramen
yang lain: Penguatan (Krisma), Ekaristi, Pengurapan Orang Sakit, Imamat dan
Perkawinan, semuanya menganugerahkan rahmat pengudusan kedua. (KSPX,
Sakramen-sakramen, Pertanyaan No. 26)
Dalam hal ini,
bagaimana lima sakramen itu disebut?
5 sakramen ini –
Penguatan, Ekaristi, Pengurapan Orang Sakit, Imamat dan Perkawinan – dalam hal
itu disebut sakramen-sakramen orang
hidup karena mereka yang telah menerimanya haruslah bebas dari dosa berat,
yaitu sudah hidup melalui rahmat pengudusan. (KSPX, Sakramen-sakramen,
Pertanyaan No. 27)
Dosa apa yang
dilakukan oleh seseorang yang sadar bahwa dirinya tidak berada dalam keadaan
rahmat namun menerima salah satu dari sakramen-sakramen orang hidup?
Dia, yang sadar
bahwa dia tidak berada dalam keadaan rahmat namun menerima salah satu dari sakramen-sakramen
orang hidup, melakukan sebuah dosa sakrilegi yang serius. (KSPX,
Sakramen-sakramen, Pertanyaan No. 28)
Demikianlah kita
bisa melihat ajaran iman Katolik tentang hubungan sakramen-sakramen dan rahmat.
Kita melihat pentingnya rahmat untuk mendapatkan kehidupan abadi, untuk menjadi
pantas sebagai anak-anak Allah dan Allah memberikan rahmat, terutama rahmat
pengudusan, yang diperlukan untuk keselamatan kita melalui sakramen-sakramen. Bila kita tidak berada dalam keadaan
rahmat, kita tidak akan diselamatkan. Namun demikian, jelas pula bahwa sakramen-sakramen
tersebut tidak akan berdaya guna rahmat bagi kita, tidak akan menguduskan kita
bila kita tidak memiliki sikap batin (disposisi batin) yang benar, bila kita
sekadar menganggap sakramen-sakramen itu ritual atau upacara ibadah belaka. Sebagai
contoh, bagaimana sikap batin yang benar sebelum menerima Sakramen Ekaristi?
Seseorang harus lebih dulu menerima Komuni pertama, harus berada dalam keadaan
rahmat atau dengan kata lain bebas dari dosa berat / dosa yang mendatangkan
maut (mortal sin)** serta harus berpuasa 1 jam sebelum menerima
Sakramen Ekaristi (Komuni Kudus) terkecuali dalam keadaan sakit. Dan di atas
semua itu, seseorang tersebut haruslah mengimani bahwa Roti dan Anggur yang
telah dikonsekrasi adalah sungguh-sungguh Tubuh dan Darah Kristus. Inilah
bentuk sikap batin yang diperlukan sebelum kita menerima Komuni Kudus. Bila
kita tidak menerima Sakramen Ekaristi dalam sikap batin yang benar, kita tidak
dapat menimba rahmat dari Sakramen Ekaristi.
Supaya kita
berada dalam keadaan rahmat sehingga kita dapat diselamatkan, jiwa kita harus
hidup kembali dari kematian akibat dosa-dosa. Itulah mengapa, dalam ajaran
Gereja Katolik, Sakramen Baptis dan Sakramen Tobat adalah sakramen-sakramen
yang penting untuk keselamatan kita. Sakramen-sakramen
Orang Mati ini menganugerahkan kepada kita rahmat pengudusan yang menghidupkan
kembali jiwa kita, yang mengembalikan kita ke dalam keadaan rahmat. Sebagaimana
yang iman Katolik ajarkan kepada kita, Sakramen Pembaptisan menghapuskan Dosa
Asal dan Dosa Pribadi yang kita lakukan sebelum Pembaptisan; sementara itu,
Sakramen Tobat menghapuskan Dosa Pribadi yang kita lakukan sesudah Pembaptisan.
Dan setelah kita
berada dalam keadaan rahmat, barulah kita berhak menerima Sakramen-sakramen
Orang Hidup yaitu kelima Sakramen lainnya. Sesuai ajaran iman Katolik, bila
kita berada dalam keadaan tanpa rahmat (atau berada dalam keadaan terikat dosa
berat), kita tidak boleh menerima Sakramen-sakramen Orang Hidup ini. Bila kita
tetap memaksakan diri kita menerima Sakramen-sakramen Orang Hidup ini padahal
kita sadar bahwa jiwa kita berada dalam keadaan mati karena dosa berat, kita
justru menambah dosa yang lebih besar lagi kepada jiwa kita yaitu dosa
sakrilegi. Apa itu dosa sakrilegi? Dosa
Sakrilegi adalah dosa melecehkan hal-hal yang kudus. Dalam contoh yang
nyata, saat kita menikah secara agama lain di luar Gereja Katolik, kita telah
melakukan dosa besar. Namun, banyak dari kita yang seperti itu merasa bahwa
selama kita percaya Yesus saja, kita boleh menerima Komuni Kudus tanpa perlu
merasa berdosa. Ini jelas sekali bentuk pelecehan terhadap Sakramen Ekaristi.
Demikianlah yang diajarkan oleh Santo Paulus “Jadi barangsiapa dengan cara yang tidak layak makan roti atau minum
cawan Tuhan, ia berdosa terhadap tubuh dan darah Tuhan.” (1 Kor 11:27) Pada
akhirnya, bila kita dalam keadaan berdosa berat tetap memaksakan diri menerima
Sakramen Ekaristi; maka bukan rahmat pengudusan yang kita terima dari Sakramen
Ekaristi melainkan kita malah semakin menambah dosa kita sendiri.
Ada pesan
penting yang dapat kita lihat dari pembagian Sakramen-sakramen menjadi
Sakramen-sakramen Orang Mati dan Sakramen-sakramen Orang Hidup terkait dalam
konteks masa sekarang. Di masa sekarang, citarasa akan kekudusan dan kesakralan
di dalam diri umat Katolik semakin berkurang. Banyak dari kita menganggap bahwa
segala bentuk Sakramen, Liturgi, Devosi dsb menjadi sekadar seremonial ibadah
atau ritual saja. Kita tidak lagi memiliki sikap batin yang benar dalam
menerima Sakramen-sakramen Suci secara khusus saat menerima Sakramen terbesar
dari antara sakramen-sakramen lainnya, yaitu Sakramen Ekaristi. Pembagian atau
klasifikasi Sakramen Orang Mati dan Sakramen Orang Hidup ini jelas sekali
memiliki pesan supaya kita menyadari keberdosaan dan ketidaklayakan kita,
supaya kita membuat jiwa kita hidup kembali dari kematian karena dosa, supaya
kita tidak mempermainkan kerahiman Allah, supaya kita tidak melecehkan sesuatu
yang suci, dan juga supaya kita menyadari perlunya Sakramen-sakramen untuk
keselamatan kita. Bila jiwa kita berada dalam keadaan mati karena dosa berat,
hidupkanlah dengan menerima Sakramen-sakramen Orang Mati. Dan saat jiwa kita
telah hidup dalam rahmat, berilah makan jiwa kita dengan rahmat lagi supaya
kita semakin kudus sebab kita dipanggil Allah untuk menjadi kudus.
Bagi anda umat
Katolik yang akan menerima Sakramen Ekaristi yang pertama (Komuni Pertama)
ataupun Krisma, anda pasti diwajibkan untuk menerima Sakramen Pengakuan Dosa /
Tobat lebih dulu. Mengapa demikian? Dengan membaca artikel ini, tentu anda
sudah tahu mengapa anda diwajibkan demikian; yaitu supaya anda berada dalam
keadaan rahmat saat menerima Sakramen-sakramen tersebut dan anda bisa menimba
rahmat pengudusan dari Sakramen-sakramen tersebut serta tentu saja supaya anda
tidak melakukan dosa sakrilegi, melecehkan hal-hal yang kudus, dalam hal ini
Sakramen-sakramen Suci Gereja Katolik.
*. Katekismus Santo Pius X adalah salah
satu katekismus yang disusun sebelum Konsili Vatikan II. Dalam Perayaan 100
Tahun Publikasi Katekismus Santo Pius X, Kardinal Burke menyatakan
bahwa Katekismus Santo Pius X juga adalah poin rujukan yang pasti dan sangat
diperlukan pada masa sekarang. Katekismus Santo Pius X saat ini belum tersedia
dalam bahasa Indonesia, terjemahan bahasa Inggris dapat diklik di sini. Ini berarti
bahwa Katekismus Santo Pius X dapat juga dijadikan rujukan dalam menerangkan
ajaran Katolik di samping Katekismus
Gereja Katolik yang dipublikasikan dalam masa kepausan Beato Yohanes Paulus
II dan Kompendium Katekismus Gereja
Katolik yang dipublikasikan pada masa Kepausan Benediktus XVI.
**. Berbicara
tentang Sakramen Pengakuan Dosa tidak akan lepas dari berbicara tentang Dosa
Berat (Dosa yang mendatangkan maut / mortal
sin) dan Dosa Ringan (Dosa yang tidak mendatangkan maut / venial sin). Silahkan klik di sini untuk
mengetahui tentang Dosa Berat dan Dosa Ringan.