Melihat ke
kondisi Irlandia masa sekarang, jelas sekali terlihat bahwa telah terjadi
pengikisan iman Katolik yang sangat hebat di antara orang-orang Katolik di
Irlandia yang disebabkan oleh banyak faktor. Namun, orang-orang Irlandia masa
lampau - saat mereka berada di bawah hukum Inggris – memiliki iman yang begitu
mengagumkan bahkan rela mati demi Misa Kudus.
Batu Misa Kudus di Kota Cork, Irlandia |
Plakat Memorial di Batu Misa Kudus dalam Bahasa Irlandia dan Inggris. Dalam Bahasa Indonesia "Misa dirayakan di sini pada masa Penal." |
Hukum Pidana (Penal Laws) di Irlandia ditetapkan pada
tahun 1691 oleh Penguasa Inggris di Irlandia dengan tujuan utama memaksa
sebanyak mungkin Orang Katolik Irlandia, khususnya kalangan kelas atas dan tuan
tanah, masuk ke dalam agama Anglikan. Tujuan lainnya adalah menghilangkan
hak-hak politik, pendidikan, pekerjaan, kepemilikan tanah dan lain-lain dari orang-orang
Katolik Irlandia yang masih setia pada imannya. Tahun-tahun antara 1691 hingga
1793 dapat dianggap sebagai era Penal Laws
meskipun sejak tahun 1778 Penal Laws mulai diringankan.
Dalam Penal Laws ini, Orang-orang Katolik di
Irlandia dilarang untuk:
1. Menjalankan
ajaran agamanya.
2. Menerima
pendidikan atau menjalankan keprofesian selain profesi-profesi medis.
3. Memegang
jabatan publik atau terlibat dalam perdagangan.
4. Tinggal di
kota besar atau dalam radius 5 mil dari sana.
5. Memiliki
seekor kuda yang harganya lebih besar dari 5 pound.
6. Membeli atau
menyewakan tanah, atau menerima penggadaian tanah.
7. Mengikuti Perayaan
Ekaristi dan ibadat-ibadat Katolik lainnya, tetapi mereka dipaksa untuk
mengikuti ibadat-ibadat Anglikan.
8. Mengirim anak-anak
belajar kepada guru-guru Katolik atau memperkerjakan guru-guru Katolik untuk
mengajar anak-anak. Anak tidak dapat dikirim ke luar negeri untuk menerima
pendidikan.
9. Bergabung ke
dalam tentara dan memiliki hak suara politik.
Misa saat Masa Penal Days di Carlow, Irlandia |
Di atas hanya
sebagian dari begitu banyak larangan terhadap umat Katolik Irlandia. Di samping
itu juga, semua uskup, imam dan diakon Katolik diperintahkan untuk meninggalkan
Irlandia dalam hari yang telah ditentukan. Jika setelah hari yang ditentukan,
mereka masih ditemukan di Irlandia, mereka pertama-tama akan dipenjara lalu
diasingkan. Bila mereka memaksakan diri kembali dari pengasingan, mereka akan
dinyatakan bersalah telah melakukan pengkhianatan tingkat tinggi dan layak
untuk dihukum mati baik digantung atau dipenggal. Penal Laws tahun 1709 menawarkan hadiah 50 pound (jumlah yang besar
pada saat itu) kepada siapapun yang dapat memberitahu tempat persembunyian atau
membantu penangkapan para uskup, imam, dan diakon Katolik.
Lukisan oleh Michael Burns O'Mahony menggambarkan Perayaan Misa Kudus di atas batu Misa. |
Gereja-gereja
Katolik pada masa Penal Laws ini sebagian
ada yang dirusak dan dihancurkan dan sebagian lagi diubah fungsinya menjadi
tempat ibadah Anglikan. Tanah-tanah Gereja disita oleh negara untuk dijadikan
milik Anglikan.
Semua itu
dilakukan untuk meruntuhkan iman Katolik orang-orang Irlandia dan memaksa
mereka untuk menjadi Anglikan. Larangan yang sama pernah terjadi di Norwegia
dan Swedia dan hal ini berhasil meruntuhkan iman Katolik putera-puteri Santo
Olav (Norwegia) dan Santo Erik (Swedia) di mana sebagian besar dari mereka
menjadi Protestan, melupakan santo-santo besar mereka ini. Tetapi, orang-orang
Katolik Irlandia sangat teguh. Mereka selalu berusaha untuk bisa menghadiri
Misa Kudus yang meneguhkan iman mereka, menguatkan mereka dalam penganiayaan.
Dimanakah mereka merayakan Misa Kudus ketika Gereja-gereja Katolik disita dan dihancurkan? Ada dua tempat penting yaitu Batu Misa (Mass Rock) dan Misa Stasi (Station Mass). Umat Katolik di perkotaan umumnya merayakan Misa Stasi maksudnya adalah Misa Kudus yang dirayakan rumah-rumah tertentu pada masa penganiayaan. Selebran Misa (Uskup atau Imam) datang ke rumah yang telah ditentukan untuk tempat merayakan Misa Kudus. Karena tidaklah aman bagi para kaum tertahbis membawa busana liturgis dan peralatan Misa Kudus, maka barang-barang tersebut dibawa oleh umat setempat dan dipindahkan dari rumah ke rumah yang ditentukan untuk tempat Misa Kudus.
Lukisan Misa Kudus saat Musim Salju pada Masa Penal Days di Irlandia. |
Sementara itu, bagi umat Katolik yang berada di pedesaan, mereka umumnya
merayakan Misa Kudus di Batu Misa yaitu batu di daerah terpencil yang menjadi
spot untuk altar saat merayakan Misa Kudus. Info tentang Misa Kudus dikabarkan
dari mulut ke mulut. Selebran Misa Kudus akan datang ke Batu Misa lalu menunggu
umat berdatangan. Sampai dianggap semuanya sudah hadir, Selebran Misa meminta sejumlah
umat untuk berdiri di tempat tinggi mengawasi Perayaan Ekaristi dan melihat
kemungkinan datangnya pasukan tentara Inggris yang memburu para kaum tertahbis
Katolik. Jangan pikir bahwa mereka bisa sering-sering merayakan Misa Kudus. Seringkali
mereka baru bisa mengecap Sakramen Ekaristi dalam jangka waktu yang sangat lama,
itupun bila imam yang merayakan Misa Kudus masih selamat dari pengejaran.
Gambar hitam putih umat yang mengawasi kemungkinan datangnya Pasukan Inggris. |
Tentu saja
bahaya mengancam mereka semua. Para kaum tertahbis yang tertangkap akan dihukum
mati, sementara kaum awam bisa dipenjara dan bila berulang kali tertangkap akan
dihukum mati pula. Setiap Misa Kudus yang dirayakan dapat menjadi Misa terakhir
bagi para kaum tertahbis dan awam. Tapi mereka tidak takut akan hal itu.
Kerinduan mereka untuk merayakan Misa Kudus jauh lebih besar dari
ketakutan-ketakutan tersebut. Mereka ingin menerima Tubuh Kristus dalam rupa
Roti yang sudah dikonsekrasi. Mereka tidak mau menyangkal iman Katolik mereka.
Mereka tetap berlutut meski di atas tanah dan bebatuan keras yang tak rata demi
menyembah Yesus Kristus yang hadir dalam Sakramen Ekaristi. Sukacita dapat
merayakan Misa Kudus mengalahkan ketakutan mereka. Bahkan masih banyak orang
muda pada masa itu yang tetap ingin menjadi imam sekalipun resikonya sangat
besar. Ada puisi yang menarik tentang Orang-orang Katolik Irlandia ini.
Para Orang
Irlandia yang Berlutut (The Irish Kneelers)
Kami adalah
Santo-santa
Joan dari Arc,
Philomena dan Edmund Campion.Iman dalam keseluruhannya
adalah apa yang kami menangkan.
Mutiara dari York.
Di mana perut-perut iman
mereka coba untuk merobeknya.
Yaitu Thomas [More] Sang Santo,
Yang reputasinya
Tidak dapat mereka nodai.
di Irlandia untuk berlutut.
Kami menyembah kehadiran-Nya.
Kehadiran-Nya [dalam Misa] bukan sekadar perasaan saja.
dari orang-orang Irlandia dan berusaha
menghentikan semua manusia
yang hendak mengubah kami menjadi kaum pagan.
yang tidak terdidik.
Tetapi dalam iman sangat berpengetahuan.
Kaum sesat pun menghindar.
“jangan berlutut lagi!”,
karena kami tidak memegang gelar doktorat,
kami tetap berlutut dan mengabaikannya.
Misa Kudus di batu Misa di kota Newry, Irlandia. Pada masa sekarang tradisi Misa Kudus di atas batu Misa masih bertahan di Irlandia. |
Sangat ironis
sekali bila kita lihat pada masa sekarang banyak dari kita tidak lagi memiliki
kerinduan akan Ekaristi; tidak lagi meyakini bahwa Roti yang kita terima adalah
sungguh-sungguh Tubuh Kristus, sungguh Kristus; kita tidak lagi memberikan
penghormatan dan penyembahan yang pantas dan benar kepada-Nya dalam Misa Kudus;
kita merasa bahwa Misa Kudus membosankan. Sangat ironis sekali juga bila kita
melihat bahwa masih banyak dari kita senang “jajan gereja”, beribadah di luar
Misa Kudus bahkan malah ada yang lebih menginginkan kebaktian non-Katolik
daripada menerima Tubuh Kristus dalam Perayaan Ekaristi Gereja Katolik. Bila
dulu orang-orang Katolik ini rela mati demi Roti Ekaristi, tidak ingin
beribadah di kebaktian Anglikan, mengapa kita sekarang malah mengkhianati-Nya
dengan justru datang ke kebaktian non-Katolik lainnya?
Seharusnya banyak
dari kita, saya dan anda umat Katolik di Indonesia merasa malu dengan begitu
besarnya iman orang-orang Katolik Irlandia ini. Di tengah kondisi yang lebih
baik daripada kondisi orang-orang ini, kita malah tidak bersyukur, kita malah
tidak bisa memberikan penghormatan dan penyembahan yang pantas dan benar
kepada-Nya, kita malah melecehkan-Nya dalam Misa Kudus dengan ego-ego kita,
kita malah menduakan-Nya dengan hadir dalam Misa Kudus tapi berpartisipasi juga
dalam kebaktian non-Katolik.
Paus Pius XI
mengingatkan saat pembukaan Kongres Ekaristi di Dublin, Irlandia, tahun 1932. “Kita
tidak boleh pernah melupakan Batu-batu Misa.” Demikian pula kita umat
Katolik Indonesia jangan melupakan Batu-batu Misa Orang Katolik Irlandia karena
Batu-batu Misa ini menjadi peneguh kita supaya semakin mencintai Misa Kudus,
supaya semakin mengimani Roti Ekaristi yaitu Yesus Kristus sendiri, supaya
tidak tergoda oleh dorongan selera pribadi untuk “jajan” ke kebaktian lain, supaya
kita dikuduskan dan diselamatkan.
pax et bonum
Referensi: