Oleh kemajuan
teknologi informasi dan komunikasi, banyak hal yang semakin dimudahkan dan
jarak tempuh seolah semakin diperpendek. Namun, ada hal negatif yang muncul
dalam kehidupan umat yaitu kecenderungan untuk merasa cukup mengikuti Misa
Kudus dari TV atau dari menonton rekaman Misa Kudus. Anggapannya adalah dengan
mengikuti Misa Kudus dari TV, kita sudah hadir dan berpartisipasi dalam Misa
Kudus. Selain itu, muncullah juga keinginan untuk mengakukan dosa dalam
Sakramen Tobat melalui telepon, e-mail, video-chatting, dan sebagainya.
Keinginan ini muncul karena keseganan dan ketakutan untuk mengakukan dosa
secara langsung sehingga berpikir untuk mencari jalan pintas yang lebih mudah.
Sedikit
intermezzo, coba bayangkan kalau penerimaan sakramen-sakramen dapat dilakukan
melalui perantara media komunikasi. Bayangkan seorang imam menikahkan sepasang pria
wanita melalui perantara media video-call di mana si imam sendirian berada di suatu
Gereja di Jakarta dan sepasang pria wanita ini sedang berada di Medan.
Bayangkan saat kita sedang sakit keras dan imam juga menggunakan video-call
untuk memberikan Sakramen Pengurapan Orang Sakit, mengolesi layar laptopnya
sendiri dengan minyak urapan orang sakit. Bukankah hal-hal tersebut adalah hal
yang tidak wajar dan aneh?
Tentu saja bila
ditinjau dari aturan Gereja mengenai Perayaan Sakramen, Gereja sama sekali
tidak memberi ruang untuk penggunaan media-media komunikasi sebagai perantara
dalam pemberian Sakramen. Gereja tidak mengizinkan Sakramen diberikan melalui
media-media komunikasi. Hal ini sudah sangat jelas. Namun, hendaknya kita tidak
hanya ikut-ikutan taat pada aturan ini tapi kita taat karena aturan ini
memiliki pesan penting yang hendak diungkapkan.
Tampaknya
keinginan-keinginan di atas timbul karena umat mulai kehilangan pemahaman yang
benar mengenai Sakramen-sakramen secara keseluruhan, dan secara khusus Sakramen
Ekaristi dan Sakramen Pengakuan Dosa. Menghadiri Misa Kudus mulai dianggap
sekadar rutinitas belaka dan mengakukan dosa dianggap tidak diperlukan lagi.
Mari kita mengingat kembali ajaran Gereja Katolik mengenai Sakramen. Berikut
ini adalah tanya jawab mengenai Sakramen yang terdapat di Kompendium Katekismus
Gereja Katolik (KKGK), sebuah buku yang memuat ringkasan ajaran Gereja Katolik
dalam bentuk tanya jawab yang lebih mudah dipahami. Perhatikan pada bagian yang
ditebalkan.
Apa itu Sakramen dan ada berapa macam?
Sakramen-sakramen yang ditetapkan oleh Kristus dan
dipercayakan kepada Gereja merupakan tanda yang mendatangkan rahmat yang dapat
ditangkap oleh pancaindra. Ada tujuh Sakramen, yaitu Pembaptisan, Penguatan,
Ekaristi Kudus, Tobat, Pengurapan Orang Sakit, Imamat dan Perkawinan. (KKGK
224)
Apa hubungan antara Sakramen-sakramen dengan Gereja?
Kristus sudah
mempercayakan Sakramen-sakramen kepada Gereja-Nya. Sakramen-sakramen itu adalah
Sakramen-sakramen Gereja dalam arti ganda: Sakramen-sakramen
itu “dari Gereja” sejauh merupakan tindakan Gereja, yang pada gilirannya
merupakan Sakramen tindakan Kristus, dan “untuk Gereja” sejauh
Sakramen-sakramen itu membangun Gereja. (KKGK 226)
Apa hubungan antara Sakramen-sakramen dengan iman?
Sakramen-sakramen
tidak hanya mengandaikan iman; unsur kata-kata dan ritual juga mengembangkan,
memperkuat, dan mengungkapkannya. Dengan
merayakan Sakramen, Gereja mengakui iman yang datang dari Para Rasul. Hal
ini menjelaskan asal dari rumusan kuno, “lex orandi, lex credenti”, artinya
Gereja meyakini apa yang didoakannya. (KKGK 228)
Mengapa Sakramen itu berdaya guna?
Sakramen itu
berdaya guna ex opere operato (melalui
kenyataan bahwa tindakan Sakramen itu dilaksanakan) karena Kristuslah yang bertindak dalam Sakramen itu dan mencurahkan rahmat
yang ditandakan. Daya dari Sakramen tidak tergantung dari kesucian pribadi
pelayannya. Namun, buah dari Sakramen itu tergantung dari disposisi orang yang
menerimanya. (KKGK 229)
Apa sebabnya Sakramen-sakramen itu perlu bagi
keselamatan?
Bagi orang
beriman kepada Kristus, walaupun Sakramen-sakramen itu tidak semuanya diberikan
kepada setiap orang beriman, Sakramen
perlu untuk keselamatan karena memberikan rahmat Sakramental, pengampunan dosa,
pengangkatan sebagai anak-anak Allah, menyelaraskan diri kepada Kristus Tuhan
dan keanggotaan di dalam Gereja. Roh Kudus menyembuhkan dan mengubah mereka
yang menerima Sakramen-sakramen. (KKGK 230)
Apa itu rahmat Sakramental?
Rahmat Sakramental adalah rahmat Roh Kudus yang
diberikan oleh Kristus yang terdapat dalam setiap Sakramen. Rahmat ini
membantu orang beriman dalam perjalanannya menuju kesucian dan dengan demikian
juga membantu Gereja untuk berkembang di dalam cinta kasih dan memberikan
kesaksian kepada dunia. (KKGK 231)
Apa hubungan antara Sakramen dengan kehidupan kekal?
Dalam Sakramen, Gereja sudah “mencicipi” kehidupan
kekal,
sambil “menantikan penggenapan pengharapan yang penuh bahagia dan pernyataan
kemuliaan Allah yang mahabesar dan Juru Selamat kita Yesus Kristus” (Tit 2:13).
(KKGK 232)
Dari banyak
tanya jawab di atas bisa kita lihat inti pengajaran Gereja mengenai Sakramen
yaitu bahwa Sakramen adalah tanda yang mendatangkan rahmat dan dapat ditangkap
pancaindra. Sakramen bukan sekadar ritual tapi adalah sekaligus tindakan
Kristus dan tindakan Gereja. Kristus, melalui para imam, adalah yang bertindak
dalam Sakramen itu dan mencurahkan rahmat yang ditandakan. Dengan merayakan
Sakramen-sakramen, Gereja mengakui iman yang diterima dari Para Rasul (Iman
yang apostolik) dan dalam Sakramen-sakramen ini, kita sebagai anggota Gereja
“mencicipi” kehidupan kekal.
Dengan
melihat pengajaran Gereja di atas, tentu adalah sesuatu yang aneh bila kita
sebagai umat Katolik yang memiliki kekayaan sakramen-sakramen untuk keselamatan
justru malah menolak untuk berpartisipasi langsung di dalamnya, dan memilih
menggunakan media-media perantara. Kita seperti menolak untuk menerima rahmat
dari Kristus yang hendak Ia berikan secara langsung dalam sakramen-sakramen. Mari
kita analogikan diri kita sebagai seorang yang sedang sakit dan Yesus Kristus
sebagai dokter. Bagaimana kita bisa diperiksa, disembuhkan, dioperasi, diobati
bila kita sendiri tidak hadir langsung di ruang di mana dokter itu berada?
Gereja
juga memandang bahwa dalam pemberian Sakramen, perlu ada perjumpaan antar
pribadi, yaitu antara manusia dengan Kristus yang hadir. Dalam Sakramen
Ekaristi, Kristus hadir secara nyata dalam rupa Roti dan Anggur yang sudah
dikonsekrasi. Dalam Sakramen Ekaristi, kita bisa mengecap betapa sedapnya
Tuhan. Dalam Sakramen Pengakuan Dosa, kita merasakan secara nyata besarnya
kerahiman Allah dalam absolusi (pengampunan) yang diberikan Allah melalui Imam.
Menolak hadir secara langsung dalam Misa Kudus dan Pengakuan Dosa itu sama saja
dengan menolak perjumpaan langsung dengan Allah. Perjumpaan dengan Allah dalam
Sakramen tidak bisa diwakili oleh alat teknologi informasi dan komunikasi
apapun. Paus
Benediktus XVI mengatakan: “Sangat
penting selalu diingat, bahwa kontak virtual tidak bisa dan tidak seharusnya
menjadi pengganti dari kontak manusiawi langsung dengan orang-orang pada semua
tingkatan masyarakat kita.” Pesan dari Paus Benediktus XVI juga berlaku
dalam kontak kita dengan Allah yang transenden sekaligus imanen yang hadir
dalam Sakramen-sakramen.
Sebagai manusia
yang utuh, kita tidak bisa berpikir secara parsial, berprinsip “yang penting
hati dan pikiran” sementara kita juga memiliki tubuh. Tentu saja tubuh hadir di
Perayaan Sakramen tapi hati dan pikiran melayang ke mana-mana bukanlah sesuatu
yang tepat. Tapi mengambil posisi ekstrim lainnya “yang penting hati dan
pikiran” sehingga mengabaikan partisipasi langsung tubuh dalam Perayaan
Sakramen juga tidaklah tepat. Partisipasi kita dalam Perayaan Sakramen baru
menjadi penuh bila tubuh dan jiwa kita bersama-sama ikut hadir, berpartisipasi
dan mengarah kepada Allah.
Teknologi informasi dan
komunikasi tentu dapat berguna untuk
meningkatkan pemahaman dan penghayatan kita akan Sakramen-sakramen. Ada sebuah
aplikasi di handphone yang berisi
tata cara Pengakuan Dosa yang benar disertai pertanyaan-pertanyaan renungan
yang membantu kita memeriksa batin dan mengingat dosa-dosa yang hendak kita
akukan dalam Sakramen Tobat. Ada juga aplikasi yang berisi Kalender Liturgi
yang berguna bagi kita untuk mengetahui apa saja bacaan Kitab Suci pada hari
ini sekaligus mengenang Para Santo-Santa yang pestanya dirayakan pada hari ini.
Semoga kemajuan teknologi informasi dan komunikasi membantu kita semakin
menghayati, mendalami, dan menghidupi Sakramen-sakramen Gereja dan bukan malah
menjauhkan kita dari Sakramen-sakramen Gereja. Mari menimba rahmat Allah dalam
Sakramen-sakramen Gereja.