Banyak umat
Katolik juga non-Katolik terkejut atau bingung dengan pemberitaan media-media Indonesia yang bertajuk “Paus Fransiskus: Saya Percaya Tuhan,
tetapi Bukan Tuhan Katolik”. Jika membandingkan pemberitaan di media-media tersebut dengan teks asli wawancara Paus Fransiskus dengan
Ateis bernama Eugenio Scalfari, dapat dengan mudah ditemukan fakta bahwa media-media keliru menafsirkan, mengutip sepotong-sepotong, dan menuduh Paus
Fransiskus seorang liberal. Seorang rekan sesama admin di page Katolik Menjawab
telah membuat tanggapan atas pemberitaan media-media tersebut. Saya sangat
merekomendasikan anda sekalian membacanya. Silahkan klik link di bawah ini:
Pada artikel
ini, saya hendak mengajak para pembaca sekalian untuk membaca pernyataan Paus
Fransiskus mengenai keyakinan Beliau akan Allah dalam terang sebuah homili yang
Paus Fransiskus berikan pada Pesta Santo Georgius. Sebelumnya saya akan
mengutip tanya jawab dalam wawancara tersebut yang menjadi topik artikel ini:
PAUS FRANSISKUS: But now let me ask you a
question: you, a secular non-believer in God, what do you believe in? You are a
writer and a man of thought. You believe in something, you must have a dominant
value. Don't answer me with words like honesty, seeking, the vision of the
common good, all important principles and values but that is not what I am
asking. I am asking what you think is the essence of the world, indeed the
universe. You must ask yourself, of course, like everyone else, who we are,
where we come from, where we are going. Even children ask themselves these
questions. And you?"
EUGENIO SCALFARI: I am
grateful for this question. The answer is this: I believe in Being, that is in
the tissue from which forms, bodies arise.
PAUS FRANSISKUS: "And I believe in God, not
in a Catholic God, there is no Catholic God, there is God and I believe in
Jesus Christ, his incarnation. Jesus is my teacher and my pastor, but God, the
Father, Abba, is the light and the Creator. This is my Being. Do you think we
are very far apart?"
Di sini, Paus
Fransiskus mengajukan pertanyaan kepada Scalfari, “sebagai seorang yang tidak
percaya kepada Allah, apa yang engkau percayai?”. Scalfari menjawab bahwa dia
percaya pada Being yang dipahami sebagai esensi dunia, sesuatu yang membentuk.
Dan barulah setelah itu Paus Fransiskus merespon “Saya percaya kepada Allah,
tidak kepada seorang Allah Katolik, tidak ada Allah Katolik, yang ada adalah Allah
dan saya percaya kepada Yesus Kristus, inkarnasi-Nya. Yesus adalah guru dan
gembala saya, tetapi Allah Bapa, Abba adalah terang dan Pencipta. Ini adalah
Being saya. Apakah kamu berpikir kita sungguh terpisah jauh?”
Sebenarnya dengan melihat konteks wawancara tersebut, kita menemukan sesuatu yang cukup jelas dan tidak bertentangan dengan iman Gereja Katolik. Di sini, Paus Fransiskus sedang mengajak Si Ateis Scalfari untuk mencari dan mengenal Allah lebih dalam, sembari Paus Fransiskus menegaskan bahwa Allah itu bukan hanya Allah bagi orang Katolik tapi bagi semua manusia termasuk bagi para ateis. Sayangnya pemahaman yang berbeda disampaikan media-media Indonesia sehingga apa yang disampaikan oleh Paus Fransiskus menjadi kabur atau dikaburkan.
Dalam konteks pemberitaan yang kabur oleh media-media ini yang mengira Paus sedang menyangkal iman Katoliknya, seharusnya kita bertanya-tanya juga mengapa Paus dan kita masih menjadi seorang Katolik? Mengapa Paus dan kita tidak menjadi universalis atau spiritualis tanpa agama?
Homili Paus Fransiskus dalam Pesta St. Georgius memberikan kejelasan atas
pertanyaan-pertanyaan ini.
And so the Church was a Mother, the Mother of more children, of many children. It became more and more of a Mother. A Mother who gives us the faith, a Mother who gives us an identity. But the Christian identity is not an identity card: Christian identity is belonging to the Church, because all of these belonged to the Church, the Mother Church. Because it is not possible to find Jesus outside the Church. The great Paul VI said: "Wanting to live with Jesus without the Church, following Jesus outside of the Church, loving Jesus without the Church is an absurd dichotomy." And the Mother Church that gives us Jesus gives us our identity that is not only a seal, it is a belonging. Identity means belonging. This belonging to the Church is beautiful.
Demikianlah Gereja adalah seorang Bunda, Bunda dari lebih banyak anak, banyak anak. Gereja semakin dan semakin menjadi seorang Bunda. Seorang Bunda yang memberikan kita iman, seorang Bunda yang memberikan kita sebuah identitas. Tetapi identitas Kristiani bukanlah sebuah kartu identitas (KTP): Identitas Kristiani adalah menjadi milik Gereja, karena semua ini merupakan milik Gereja, [milik] Bunda Gereja. Karena tidaklah mungkin menemukan Yesus di luar Gereja. Sang Agung Paus Paulus VI berkata: “Ingin hidup bersama Yesus tanpa bersama Gereja, mengikuti Yesus di luar Gereja, mencintai Yesus tanpa Gereja adalah sebuah dikotomi yang absurd.” Dan Bunda Gereja yang memberikan kita Yesus, memberi kita identitas yang bukan sekedar sebuah materai, [tapi] suatu kepemilikan. Identitas berarti kepemilikan. Menjadi milik Gereja ini adalah [hal] yang indah.
Dan
di bagian dari paragraf terakhir dari homili tersebut, Paus Fransiskus
menegaskan kembali:
“Think of this Mother Church that grows, grows with new children to whom She gives the identity of the faith, because you cannot believe in Jesus without the Church.”
“Pikirkanlah mengenai Bunda Gereja ini yang tumbuh dan tumbuh dengan anak-anak baru yang kepada mereka dia (Bunda Gereja) memberikan identitas iman, karena engkau tidak dapat percaya kepada Yesus tanpa Gereja.”
Bagi yang
familiar dengan pengajaran Bapa Gereja St. Siprianus dari Kartago, kita bisa
melihat bahwa Paus Fransiskus dalam homilinya ini menegaskan kembali apa yang
disampaikan St. Siprianus dari Kartago mengenai Gereja sebagai Bunda dan dalam
relasinya dengan Allah sebagai Bapa.
Thus too the Church bathed in the light of the Lord projects its rays over the whole world, yet there is one light which is diffused everywhere, and the unity of the body is not separated. She extends her branches over the whole earth in fruitful abundance; she extends her richly flowing streams far and wide; yet her head is one, and her source is one, and she is the one mother copious in the results of her fruitfulness. By her womb we are born; by her milk we are nourished; by her spirit we are animated. (St. Cyprian of Carthage, On The Unity of the Catholic Church chapter 5)
Sangat jelas diajarkan oleh St. Siprianus, dan digemakan lagi oleh Paus Fransiskus, bahwa mereka yang tidak memiliki Gereja sebagai Bunda tidak dapat memiliki Allah sebagai Bapa. Kebundaan Gereja sendiri secara konsisten sudah diajarkan sejak era Para Bapa Gereja Awal.The spouse of Christ cannot be defiled; she is uncorrupted and chaste. She knows one home, with chaste modesty she guards the sanctity of one couch. She keeps us for God; she assigns the children whom she has created to the kingdom. Whoever is separated from the Church and is joined with an adulteress is separated from the promises of the Church, nor will he who has abandoned the Church arrive at the rewards of Christ. He is a stranger; he is profane; he is an enemy. He cannot have God as a father who does not have the Church as a mother. (St. Cyprian of Carthage, On The Unity of the Catholic Church chapter 6)
Kita bisa mendapatkan sebuah kejelasan di sini dari memahami pernyataan Paus Fransiskus dalam wawancara tersebut dalam kesatuan dengan homili Paus Fransiskus pada Pesta St. Georgius.
Paus Fransiskus menjelaskan tidak pernah Gereja mengajarkan bahwa ada yang namanya Allah Katolik. Allah adalah Allah. Dia adalah Allah bagi seluruh manusia tak peduli agamanya atau keyakinannya apa termasuk bagi Si Ateis Eugenio Scalfari, terlepas dari mereka percaya atau tidak. Allah memang mendirikan GerejaNya, yaitu Gereja Katolik. Tapi hal ini bukan berarti bahwa Dia secara eksklusif hanya menjadi Allah bagi orang Katolik saja atau menjadi salah satu dari banyak ilah-ilah atau sesembahan yang ada di dunia. Demikian juga Allah yang berinkarnasi, Tuhan Yesus Kristus, yang diimani oleh Paus Fransiskus; Yesus bukan hanya Tuhan bagi umat Katolik tapi juga bagi semua orang, dan Tuhan Yesus Kristus tidaklah mungkin ditemukan di luar Gereja. Kita tidak dapat percaya kepada Yesus Kristus Sang Allah tanpa Gereja.
pax et bonum