Engkau Tidak Harus Pergi ke Neraka
Sekali waktu seseorang bertanya kepada pengkhotbah evangelikal apakah dia
boleh tetap mengunyah tembakau dan masuk ke surga. Pengkhotbah tersebut
berpikir sejenak dan berkata, “Ya, tetapi
untuk meludah kunyahan tembakau tersebut, anda harus pergi ke tempat yang lain.”
Cerita humor di atas menggambarkan sebuah poin penting: Beberapa hal tidak
sesuai dengan surga. Mengunyah tembakau tentu adalah contoh yang agak konyol.
Tetapi, bagian pentingnya adalah bahwa ada hal-hal yang harus kita tolak untuk
dapat masuk ke dalam surga. Tujuh dosa pokok meringkas apa saja yang harus kita
tinggalkan: hawa nafsu, kemarahan, kerakusan, kemalasan, kecemburuan, ketamakan
dan di atas semuanya, kesombongan. Dosa-dosa tersebut tidak memiliki tempat di
surga. Jika mereka masuk, pastilah mereka merusak. Persekutuan Para Kudus
adalah seperti simfoni dengan setiap anggotanya memainkan bagian spesifik
masing-masing. Bila seseorang membawa kemarahan ke dalam Persekutuan Para Kudus,
kerusakan yang ditimbulkan dapat dibandingkan dengan seseorang yang menggaruk
atau mencakar jari-jari mereka ke papan tulis sembari sebuah grup para ahli
musik sedang memainkan lagu-lagu Mozart.
Yesus menyatakannya secara langsung: Allah akan berkata kepada sejumlah
orang, “enyahlah
dari hadapan-Ku.” Hal itu sungguh mengerikan, kata-kata
menakutkan yang harus kita pandang serius. Kata-kata itu tidak datang dari
seorang teolog abad pertengahan. Kata-kata ini datang dari mulut Yesus sendiri:
“Enyahlah dari hadapan-Ku. Aku tidak tahu dari mana kamu datang.”
Neraka itu sungguh nyata. Engkau atau aku dapat berakhir di sana. Ini
adalah kabar buruk. Sekarang, saya juga memiliki beberapa kabar gembira: Tidak
seorang pun dari kita harus pergi ke sana. Cerita ini berisi tentang Calvin
Coolidge ketika ia adalah wakil presiden. Suatu hari ketika ia sedang memimpin
senat, sebuah argumentasi sengit pecah di antara dua senator. Salah satu dari kedua
senator itu sangat marah dan memberitahu lawannya bahwa lawannya itu dapat langsung
masuk ke neraka. Senator yang diserang seperti itu mendekat kepada Wakil
Presiden Coolidge. “Tidakkah kau
mendengar apa yang ia katakan kepadaku?” Tanyanya. Coolidge membuka bukunya
dan berkata dengan tenang: “Kau tahu, aku
telah membaca seluruh buku aturan ini. Kau tidak harus pergi.”
Tidak seorang pun dari kita harus masuk ke neraka. Hal itu tergantung pada
pilihan kita masing-masing. Katekismus Gereja Katolik menyatakan:
Mati dalam dosa berat, tanpa menyesalkannya dan tanpa
menerima cinta Allah yang berbelas-kasihan, berarti tinggal terpisah dari-Nya
untuk selama-lamanya oleh keputusan sendiri secara bebas. Keadaan pengucilan
diri secara definitif dari persekutuan dengan Allah dan dengan para kudus ini dinamakan
"neraka". (KGK 1033) Tidak ada
seorang pun ditentukan lebih dahulu oleh Tuhan supaya masuk ke dalam neraka; hanya
pengingkaran secara sukarela terhadap Tuhan (dosa berat), di mana orang
bertahan sampai akhir, mengantarnya ke sana. (KGK 1037)
Sekarang, seseorang mungkin berpikir, “Tak
masalah. Bila neraka sekadar sebuah keadaan memisahkan diri dari Allah, aku
tidak akan pernah memisahkan diriku.” Jangan terlalu yakin. Ambillah contoh
yang umum seperti hawa nafsu. Hawa nafsu adalah sebuah bentuk berhala. Hawa
nafsu dapat dengan mudah menggantikan Allah dari kehidupan seseorang. Lebih
lanjut, hawa nafsu mendistorsi sesama manusia lainnya, menjadikan mereka sebuah
objek pelampiasan hawa nafsu. Hawa nafsu mengambil sesuatu yang sangat baik –
keinginan untuk bersatu dan mendukung kehidupan dalam pernikahan – dan membuangnya
lalu menggantikannya menjadi sesuatu yang menghancurkan (destruktif). Seseorang
tidak dapat terikat pada hawa nafsu dan masuk ke surga. Ketika Santa Perawan
Maria muncul pada 3 anak di Fatima, ia memberitahu mereka, “Lebih banyak jiwa masuk ke neraka karena dosa kedagingan daripada
alasan yang lain.”
Setelah Santa Perawan Maria memperingatkan anak-anak tersebut betapa
mudahnya untuk jatuh ke dalam neraka, ia juga mengajarkan mereka sebuah doa
yang penting. Doa tersebut adalah: “Oh
Yesus yang baik, ampunilah dosa-dosa kami, selamatkanlah kami dari apa neraka
dan antarlah jiwa-jiwa ke dalam surga, terutama mereka yang paling membutuhkan
kerahiman-Mu.” Mereka yang berdoa Rosario umumnya akan mendoakan doa ini
juga. Kita harus sungguh-sungguh berdoa bagi keselamatan semua orang supaya
tidak ada yang menderita keterpisahan abadi dari Allah. Bahkan, jika seseorang
telah membuat hidupmu menderita, engkau harus berdoa bagi keselamatannya.
Keselamatan kita sendiri berkaitan dengan keinginan kita akan keselamatan orang
lain. Pada Injil hari ini, orang-orang ditolak justru karena keinginan mereka
untuk mengecualikan orang lain.
Yesus sekali lagi menghadapkan kita dengan isu fundamental:
bahwa engkau dan aku harus membuat sebuah pilihan. Kita sedang membuat pilihan
setiap saat: apakah kita selalu berelasi dengan Allah atau melarikan diri dari
Dia; apakah kita tumbuh terbiasa dalam dosa atau bertobat dari dosa itu. Yesus
berkata, “sesungguhnya ada orang yang
terakhir yang akan menjadi orang yang terdahulu dan ada orang yang terdahulu
yang akan menjadi orang yang terakhir.” Dan untuk mendorong kita ke jalan
yang sempit, Ia berkata: “orang akan
datang dari Timur dan Barat dan dari Utara dan Selatan dan mereka akan duduk
makan di dalam Kerajaan Allah.” Semoga engkau dan aku menjadi bagian dari
bilangan orang yang duduk makan di dalam Kerajaan Allah.
Pater Phil Bloom
adalah Pastor Paroki St. Mary of the Valley, Monroe
Homili di atas
diterjemahkan dari situs resmi
paroki tersebut.
pax et bonum