Ini adalah salah
satu katedral Katolik yang unik dan khas sekaligus indah namun juga mungkin
horor bagi kebanyakan orang Indonesia.
Tulang Martir-martir Otranto |
Ini adalah
Katedral Keuskupan Agung Otranto di wilayah Puglia, Italia. Nama Katedral ini
adalah Katedral Santa Perawan Maria Diangkat Ke Surga. Di belakang altar kapel
dan tabernakel yang diatasnya terdapat patung Bunda Maria dan Kanak-kanak Yesus,
tengkorak dan tulang belulang sebagian dari 813 Martir Otranto disusun
sedemikian rupa di balik jendela kaca tembus pandang. Dengan demikian,
seandainya kita menghadiri Misa Kudus di sini, di depan mata kita akan
terpampang tengkorak dan tulang-belulang para Martir Otranto. Ya, hal ini
dilakukan untuk mengenang dan menghormati 813 Martir Otranto yang pada tahun
1480 dieksekusi oleh tentara Kesultanan Turki Ottoman. Tulang belulang Para
Martir Otranto ini menjadi relikui paling berharga dari Katedral Otranto.
Bagaimanakah kisah 813 Martir Otranto
ini?
Martir Otranto |
Otranto adalah
kota di tepi laut, terletak di Italia Selatan. Kesultanan Islam Turki Ottoman yang
saat itu dipimpin oleh Sultan Muhammad II merencanakan kampanye militer yang
disebut Invasi Italia dengan target utamanya adalah kota Roma setelah berhasil
menaklukan Konstantinopel pada tahun 1453. Turki Ottoman berencana masuk ke
Italia dari kota pelabuhan di laut Adriatik, Brindisi. Tetapi karena cuaca
buruk yang menghalangi, mereka mengalihkan rute menuju Otranto. Pada 28 Juli
1480, pasukan perang Turki Ottoman dipimpin oleh Gedik Ahmed Pasha tiba di
Otranto dan mengultimatum Otranto untuk menyerah dan masuk Islam. Bila menolak,
Ahmed Pasha mengancam akan menyerang Otranto. Otranto menolak untuk masuk Islam
dan memilih berperang. Kekuatan Turki Ottoman adalah 18.000 infanteri dengan
700 kavaleri dan 128 kapal perang. Sementara kekuatan pasukan di Otranto tidak
diketahui dengan detail kecuali bahwa terdapat 2.100 tentara infanteri dari
Hongaria dan satu garnisun berkekuatan 400 orang dipimpin oleh Francesco Zurlo.
Setelah 2 minggu
bertempur, kota Otranto akhirnya jatuh ke tangan Turki Ottoman pada tanggal 11
Agustus 1480. Semua pria berusia di atas 15 tahun dibunuh sementara wanita dan
anak-anak ditangkap untuk dijadikan budak. 813 orang yang selamat mengungsi dan
berdoa di dalam katedral Otranto bersama Uskup Agung Otranto, Stefano Agricoli
de Pendinelli. Ahmed Pasha sekali lagi mengultimatum mereka agar masuk Islam
dan mengancam akan membunuh mereka bila mereka menolak. Uskup Pendinelli
bersama orang-orang Otranto menolak, mereka memilih iman Katolik mereka ketimbang
menjadi Islam. Mereka lebih memilih Tuhan Yesus daripada Muhammad.
Melihat hal ini,
Ahmed Pasha memerintahkan penyerangan terhadap Katedral Otranto. Uskup Agung Stefano
Agricoli de Pendinelli ditangkap dan akhirnya dipenggal. Kepala Uskup Agung
Pendinelli lalu ditunjukkan kepada orang-orang Otranto yang selamat. Hal ini
dilakukan untuk menjatuhkan iman orang-orang Otranto. Tetapi, seorang penjahit
tua, Antonio Pezulla yang dikenal dengan nama Antonio Il Primaldo, tampil ke
depan dan berseru kepada Ahmed Pasha bahwa ia tidak akan mengkhianati imannya
kepada Kristus. Keberanian Antonio Primaldo ini membakar juga keberanian
orang-orang Otranto lainnya. Mereka menolak untuk menjadi Islam. Perkataan
Antonio Primaldo terekam dalam kronik yang ditulis oleh Giovanni Laggetto dalam
Historia della guerra di Otranto del 1480:
Saudara-saudaraku, sampai hari ini kita telah berjuang mempertahankan negeri kita, menyelamatkan hidup kita, dan untuk tuan-tuan kita; sekarang adalah waktunya kita berjuang untuk menyelamatkan jiwa kita bagi Tuhan yang telah wafat di kayu salib untuk kita. Adalah baik bahwa kita hendaknya wafat bagi Dia, berdiri dengan teguh dan tetap dalam iman dan bersama dengan kematian duniawi ini, kita akan memenangkan kehidupan abadi dan kemuliaan para martir.
Tubuh Santo Antonio Primaldo yang tetap berdiri meski dieksekusi |
Merasa terhina
akan penolakan ini, Ahmed Pasha akhirnya melaksanakan ancamannya. Orang-orang
ini dibawa ke puncak bukit Minerva dan di sana mereka satu per satu dipenggal. Sebuah
kronik oleh Saverio de Marco berjudul Compendiosa istoria degli ottocento
martiri otrantini mencatat bahwa Antonio Primaldo adalah orang pertama
yang dipenggal namun hanya kepalanya saja yang jatuh sementara tubuhnya tetap
berdiri sampai para algojo mengeksekusi orang terakhir. Melihat hal ini,
seorang algojo, Bersabei, bertobat dan akhirnya dibunuh oleh rekannya.
Antonio Primaldo
dan Para Martir Otranto dieksekusi pada tanggal 14 Agustus 1480. Selama
setahun, tubuh-tubuh para martir terbaring tanpa dikuburkan di tempat eksekusi
dan akhirnya ditemukan oleh tentara-tentara yang dikirim untuk membebaskan
Otranto. Pada Juni 1481, mereka dimakamkan di gereja terdekat dengan bukit
Minerva dan pada 13 Oktober dipindahkan ke dalam Katedral Otranto. Pada tahun
1490, Raja Alfonsus dari Aragon dengan upacara meriah memindahkan sejumlah
tubuh para martir ke Naples, yang
sekarang dirawat dan dihormati di Gereja Santa Katarina di Formello. Pada tahun
1500, sebuah kapel didirikan di dalam Katedral Otranto untuk relikui Para
Martir.
Pada 14 Desember
1771, Antonio Primaldo bersama Para Martir Otranto dibeatifikasi oleh Paus
Klemens XIV. Pada tanggal 12 Mei 2013 yang lalu, Paus Fransiskus mengkanonisasi
Beato Antonio Primaldo dan Para Martir Otranto. Sekarang kita bisa memanggil
mereka: “Santo Antonio Primaldo dan Para Martir Otranto”. Pesta mereka
dirayakan pada tanggal 14 Agustus, secara meriah tentunya dirayakan di
Keuskupan Agung Otranto di mana keesokan harinya, tanggal 15 Agustus, Gereja
Universal merayakan Hari Raya Santa Maria Diangkat Ke Surga.
Secara sejarah,
perjuangan orang-orang Otranto membuat Raja Ferdinandus I dari Naples memiliki
waktu setidaknya 2 minggu untuk mengumpulkan dan mempersiapkan pasukan
menghadapi Invasi Turki Ottoman. Pada akhirnya Otranto berhasil direbut kembali
oleh Raja Ferdinandus dari tangan Turki Ottoman.
Tapi secara
iman, orang-orang Otranto memberikan kita kesaksian iman yang besar yang lebih
memilih kehilangan nyawa demi iman mereka kepada Tuhan Yesus Kristus. Kisah
mereka dapat meneguhkan iman Katolik kita.
PAX ET BONUM
Sumber:
Think
Puglia