Beato Nikolaus Steno |
Beberapa waktu
lalu, di page Gereja Katolik, ada anggota fanspage tersebut yang meminta agar
page Gereja Katolik menceritakan kisah-kisah para ilmuwan dan saintis Katolik
yang berjasa bagi dunia agar menginspirasi orang-orang muda Katolik lainnya
untuk berprestasi di bidang keilmuan mereka masing-masing. Di samping itu,
tokoh-tokoh ilmuwan Katolik ini bisa menjadi bukti bagaimana iman dan akal budi
bisa berjalan berdampingan di dalam diri mereka.
Tokoh pertama
yang akan diangkat adalah Beato Nikolaus Steno (Denmark: Niels Steensen, Latin:
Nicolaus Stenonius). Ia adalah seorang uskup dan orang kudus, seorang saintis
dan pioneer dalam ilmu anatomi dan geologi. Beato Nikolaus Steno, tepat pada
ulang tahunnya yang ke 374 tanggal 11 Januari 2012, diperingati dan dihormati
oleh Google karena kontribusinya dalam bidang stratigrafi dan geologi.
Penghormatan ini ditunjukkan dengan pemberian Google Doodle yang secara khusus
dibuat untuk memperingati hari ulang tahun dan menghormati artis dan saintis
terkenal yang berpengaruh bagi dunia. Silahkan klik Google Doodle
bagi Beato Nikolaus Steno untuk melihat lebih lanjut.
Nikolaus Steno
adalah anatomis dan geologis berkebangsaan Denmark yang lahir pada tanggal 11
Januari 1638 di Copenhagen, Denmark. Ia terlahir sebagai seorang Lutheran,
salah satu denominasi Protestan yang didirikan oleh Martin Luther. Ayahnya
adalah seorang pandai emas yang bekerja untuk Raja Christian IV dari Denmark.
Sejak muda,
Steno terlibat secara mendalam dalam berbagai studi sains alam. Pada umur 19
tahun, Steno masuk ke Universitas Copenhagen. Setelah menyelesaikan pendidikan
di universitas, berkat aktivitas saintifiknya, Beato Steno bepergian melintasi
eropa dan bertemu dengan fisikawan dan ilmuwan ternama lainnya. Ia termasuk
orang yang tidak menerima kebenaran sebuah pertanyaan hanya karena pernyataan
itu tertulis di buku dan ia ingin bergantung pada hasil penelitiannya sendiri.
Atas bujukan
Thomas Bartholin, Steno pertama pergi ke Rostock, kemudian Amsterdam, tempat ia
mempelajari anatomi pada Gerard Blasius dan kembali fokus pada sistem limpa.
Beberapa bulan kemudian, Steno pindah ke Leiden dan bertemu dengan mahasiswa
Jan Swammerdam, Frederik Ruysch, Reinier de Graaf, Franciscus de le Boe
Sylvius, seorang profesor terkenal, dan Baruch Spinoza. Saat itu, Descartes (seorang
saintis Katolik lainnya, penemu Sistem Koordinat Cartesian) sedang menerbitkan
karya mengenai cara kerja otak.
Pada tahun 1665,
Steno berangkat ke Saumur dan bertemu dengan Melchisédech Thévenot dan Ole
Borch. Steno pergi ke Montpellier dan bertemu Martin Lister dan William Croone
yang memperkenalkan karya Steno kepada Royal Society.
Setelah
berkelana di seluruh Prancis, Steno tinggal di Italia pada tanggal 1666. Ia
menjadi professor anatomi di Universitas Padua dan kemudian di Florence sebagai
fisikawan bagi Grand Duke of Tuscany,
Ferdinand II de Merici, yang menaruh minat pada seni dan ilmu pengetahuan. Steno
diundang untuk tinggal di Palazzo Vecchio. Steno kemudian berangkat ke Roma dan
menemui Paus Alexander VII dan Marcello Malpighi (seorang anatomis Katolik,
namanya diabadikan sebagai nama salah satu bagian ginjal – badan malphigi; dan
pada alat ekskresi belalang – Pembuluh Malpighi).
Pada perjalanan
pulang dari Roma, Steno melihat Prosesi Sakramen Mahakudus di Livorno (Italia)
dan kemudian mulai mempertanyakan apakah iman Lutheran yang dia yakini selama
ini adalah benar atau tidak. Pada tanggal 4 November 1667, Steno keluar dari
Lutheran dan kemudian berpindah masuk ke dalam Gereja Katolik.
Sebagai seorang
anatomis di Florence, Steno memfokuskan dirinya pada sistem otot dan sifat
kontraksi otot. Ia juga menjadi anggota Accademia del Cimento di Firenze dan
telah berdiskusi panjang dengan Francisco Redi, seorang ilmuwan Katolik lainnya
yang mencetuskan teori biogenesis (bahwa makhluk hidup berasal dari makhluk
hidup sebelumnya), sebagai tandingan terhadap teori abiogenesis. Seperti
Vincenzio Viviani, Steno menggunakan geometri untuk memperlihatkan bahwa otot
yang berkontraksi mengubah bentuk otot tanpa mengubah volumenya.
SUMBANGAN SAINTIFIK STENO
BIDANG ANATOMI. Selama di Amsterdam, Steno
menemukan sebuah struktur yang belum terdeskripsi sebelumnya, yaitu Saluran
Stenonianus, pada kepala domba, anjing, dan kelinci. Di Leiden, Steno
mempelajari jantung sapi mendidih dan menyatakan bahwa jantung itu adalah otot
biasa dan bukan pusat hangat seperti yang diyakini Galenus dan Descartes.
BIDANG PALEONTOLOGI. Pada tahun
1666, dua nelayan menangkap ikan hiu betina besar dekat kota Livorno, dan
Ferdinand II de Merici memerintahkan agar kepala hiu itu dikirim kepada Steno. Steno
membelah kepalanya dan mempublikasikan penemuannya pada tahun 1667. Ia mencatat
bahwa gigi hiu memiliki kesamaan dengan obyek batuan tertentu yang ditemukan di
bawah formasi batuan, yang disebut para pendahulunya sebagai glossopetrae atau
"batu lidah". Fabio Colonna telah membuktikan dengan baik bahwa glossopetrae
adalah gigi hiu dalam traktatnya De glossopetris dissertatio yang diterbitkan
tahun 1616. Steno melengkapi teori Colonna dengan diskusi mengenai perbedaan
komposisi antara glossopetrae dan gigi hiu hidup, sambil memikirkan bahwa
komposisi kimia fosil dapat diubah tanpa mengubah bentuknya menggunakan teori
zat korpuskular lama.
Penelitian Steno
terhadap gigi hiu memunculkan pertanyaan baginya tentang bagaimana benda padat
bisa ditemukan di dalam benda padat lain, seperti batu atau lapisan batu.
"Benda padat di dalam benda padat" yang menarik ketertarikan Steno
bukan saja fosil, namun juga mineral, kristal, enkrustasi, pembuluh, dan bahkan
seluruh lapisan batuan atau strata. Ia menerbitkan studi geologinya dalam De
solido intra solidum naturaliter contento dissertationis prodromus, atau Wacana
pendahuluan untuk disertasi mengenai benda padat yang secara alami terkandung
di dalam benda padat pada tahun 1669.
BIDANG GEOLOGI DAN STRATIGRAFI. Beato Nikolaus
Steno dimaklumkan sebagai bapak ilmu geologi modern dan stratigrafi modern. Bila anda seorang geologist atau pernah belajar ilmu
geologi dan sedimentologi, anda pasti akan bertemu dengan 4 Hukum Steno yang Steno tulis dalam Disertasi Prodromus-nya,
yaitu:
1. Hukum superposisi
: mengatakan bahwa suatu lapisan batuan sedimen pada suatu strata yang ridak
terganggu secara tektonik lebih muda dari yang dibawahnya dan lebih tua dari
yang berada diatasnya.
2. Hukum Cross-Cutting : Hukum ini menyatakan bahwa “Batuan yang terpotong mempunyai umur geologi yang lebih tua daripada yang memotong.”
3. Hukum Kontinuitas Lateral : Pengendapan lapisan batuan sedimen akan menyebar secara mendatar, sampai menipis atau menghilang pada batas cekungan dimana ia diendapkan. Lapisan yang diendapakna oleh air terbentuk terus-menerus secara lateral dan hanya membaji pada tepian pengendapan pada masa cekungan itu terbentuk.
4. Hukum Horizontalitas : Sedimen yang baru terbentuk cenderung mengikuti bentuk dasarnya dan cenderung untuk menghorizontal, kecuali cross bedding. Hal ini karena pengaruh sedimen dikontrol oleh hukum gravitasi dan hidrolika cairan.
BIDANG KRISTALOGRAFI. Sama juga, bila
anda belajar ilmu kristalografi, anda akan menemukan Hukum Steno atau dikenal
juga dengan nama Hukum Sudut Konstan Steno yang menyatakan bahwa sudut antara
bidang-bidang kristal yang saling berkaitan sama untuk semua spesimen material
yang sama. Hukum ini adalah terobosan besar yang membentuk dasar seluruh
penelitian terhadap struktur kristal.
KONVERSI STENO KE DALAM GEREJA KATOLIK
Pola pikir Steno
yang tidak mudah percaya pada suatu pernyataan mempengaruhi pandangan agamanya.
Ia lahir dan dibesarkan dalam iman Lutheran, tetapi kemudian ia mempertanyakan
dan meragukan ajaran Lutheran.
Setelah lama melakukan
studi teologi komparatif, termasuk membaca tulisan Para Bapa Gereja Perdana dan
menggunakan kemampuan pengamatannya, ia memutuskan bahwa Gereja Katolik
memberikan nafkah yang lebih baik untuk keingintahuannya. Ia kemudian
memutuskan untuk menjadi Katolik pada tanggal 24 Juni 1666 dan diterima ke
dalam Gereja Katolik pada tanggal 4 November 1667.
Namun,
perpindahan Steno dari Lutheran ke dalam Gereja Katolik tidak hanya berdasarkan
studi intelektual semata tetapi juga pengalaman-pengalaman spiritual terutama
dengan Sakramen Mahakudus, Sakramen Ekaristi. Pada tanggal 24 Juni 1666, dalam
perjalanan pulang dari Roma, Steno menyaksikan Perarakan Sakramen Ekaristi pada
Hari Pesta Tubuh Kristus. Dalam biografinya, diceritakan bahwa Steno:
“... menyaksikan dengan keingintahuan dan keheranan
mengenai Pesta Tubuh Kristus dan semangat yang mengelilingi Pesta Tubuh Kristus
itu. Piazza D’Armi dipenuhi dengan warna-warna dan suara-suara. Sebuah bel
keras yang berdering sepanjang pesta bisa didengar. Pria itu (Steno) mengenang
saat ia menyaksikan prosesi yang sama tiga tahun sebelumnya di Lovanio, Belgia,
di mana banyak mahasiswa berbaris dan puluhan professor berjubah hitam
berjalan. Dia bisa melihat sesuatu berbeda di sini. Mungkin itu adalah rasa
sukacita, sebuah perasaan hangat yang baru ... atau mungkin matanya telah
berubah? Para biarawan dan imam ikut berprosesi juga, dengan berpakaian
surplice putih dihiasi dengan tali di pinggang. Akhirnya kanopi emas besar lewat
dan di bawahnya seorang pelayan Gereja (mungkin Uskup), berpakaian meriah dan
membawa dekat dengan dadanya sebuah monstrans berharga yang di dalamnya adalah
Hosti Kudus. Orang-orang berlutut ketika Sakramen Mahakudus lewat di depan
mereka dan mata-mata mereka berkilauan dengan cinta saat mereka menatap pada
Hosti, semua kepala tertunduk dalam adorasi.
Nikolaus Steno muda menghabiskan sepanjang hari itu
dengan sebuah kegelisahan mendalam di hatinya. Dia ingat Imam Yesuit di Paris
yang dengannya, Steno telah membahas mengenai Kehadiran Nyata Yesus dalam Roti
yang telah dikonsekrasi. Imam Yesuit itu menekankan nilai kata-kata Yesus pada
Perjamuan Terakhir, “Inilah Tubuh-Ku” dan Surat Pertama Santo Paulus kepada
jemaat di Korintus yang berbicara mengenai Ekaristi. Hari itu juga, Nikolaus
Steno memutuskan untuk menjadi Katolik. Dia segera masuk seminari dan setelah
sembilan tahun belajar, ia ditahbiskan sebagai imam. Steno menjelaskan
pertobatannya: “Segera setelah saya dengan penuh perhatian merenungkan hikmat
Tuhan kepada saya, tampak dengan jelas bagi saya bahwa saya tidak dapat
membantu selain mempersembahkan kepada-Nya hal yang terbaik dari diri saya dan
dalam cara yang terbaik, dari lubuk terdalam hati saya. Oleh karena itu,
setelah mengenal martabat yang besar dari imamat, saya meminta dan memperoleh
bahwa saya boleh mempersembahkan Hosti Tak Bernoda kepada Bapa yang kekal untuk
kebaikan saya dan kebaikan orang lain.””
STENO DALAM GEREJA KATOLIK
Steno
ditahbiskan menjadi imam pada tahun 1675 dan merayakan Misa Kudus pertamanya
pada tanggal 13 April 1675 di Basilika Santissima Annunziata di Florence pada
usia 37 tahun. Pada tanggal 21 Agustus 1677, Nikolaus Steno ditunjuk sebagai
Vikar Apostolik Nordic Mission oleh Paus Innosensius XI dan ditahbiskan sebagai
uskup pada tanggal 19 September 1677 oleh Kardinal Barbarigo. Dia diutus ke
wilayah utara yang Lutheran untuk mengevangelisasi mereka. Sebagai seorang
uskup, Steno tetap terlibat dalam aktivitas-aktivitas saintifik sekaligus juga kerap
membantu kaum miskin.
Setelah
menyelesaikan misinya, Steno ingin pulang ke Italia. Tetapi, kondisi Uskup
Steno semakin memburuk dan akhirnya meninggal di Jerman pada tanggal 5 Desember
1686 dalam usia 48 tahun. Jenazahnya dikirim ke Florence dan dimakamkan di
Basilika Santo Laurensius. Di samping karya saintifik, Uskup Steno juga menulis
16 karya teologi, di antaranya "Epistola de propria conversione"
(Florence, 1677) dan "Defensio et plenior elucidatio epistolæ de propria
conversione" (Hanover, 1680). Nikolaus Steno dibeatifikasi oleh Paus Beato
Yohanes Paulus II pada tahun 1988. Sekarang ia adalah Beato Nikolaus Steno, diperingati setiap tanggal 5 Desember.
Nama Beato
Nikolaus Steno diabadikan dalam:
1. Museum Steno
di Aarhaus, Denmark, yang memamerkan sejarah sains dan pengobatan serta
mengoperasikan Planetarium dan kebun tanaman obat-obatan.
2. Kawah Steno
di Planet Mars.
3. Gereja Paroki
Katolik di Grevesmuhlen, Jerman Utara.
4. Niels
Steensens Gymnasium, sebuah sekolah Katolik yang didirikan oleh Serikat Yesuit
di Copenhagen.
5. Steno
Diabetes Center di Gentofte, Denmark.
6. The Instituto
Niels Stensen di Florence, Italia.
Pertanyaannya:
Hai Para Orang Muda Katolik, tidakkah Beato Nikolaus Steno menginspirasi kita
untuk berprestasi setinggi mungkin di bidang keilmuan kita masing-masing
sembari tetap beriman teguh kepada Tuhan Yesus Kristus dalam Gereja Katolik?
Referensi:
Pax et Bonum
follow Indonesian Papist's Twitter