Gereja yang Satu |
I. Kesatuan dan Persatuan. Kesatuan Gereja mempunyai dua aspek yang saling berhubungan satu dengan yang lain; Gereja itu satu baik ke luar maupun ke dalam. Bahwa Gereja itu keluar hanya satu haruslah diartikan sebagai berikut: Untuk membawakan dan menyelesaikan Kerajaan Allah di tengah umat manusia, Kristus mendirikan hanya satu Gereja saja, dan bukan banyak gereja yang sangat berlainan. Tetapi Gereja itu juga hanya satu ke dalam. Ia satu di dalam ajarannya; kepada segala manusia ia mewartakan wahyu yang sama; dari semua orang ia menuntut pengakuan iman yang sama. Ia juga satu dalam pembagian rahmatnya; agar mengambil bagian pada kehidupan ilahi, terbukalah bagi semua orang sumber-sumber yang sama dan di dalam upacara kebaktiannya ia mengumpulkan semua orang di sekeliling korban yang sama. Ia hanya satu dalam pemerintahannya; seluruh Gereja dipimpin oleh kewibawaan yang satu dan sama yang harus ditaati oleh semua orang.
II. Kesatuan
dalam Keanekaragaman. Kesatuan ini bukanlah suatu uniformitas
absolut; di luar bidang yang esensial, orang melihat juga bagaimana
kesempurnaannya dapat berkembang dalam variasi yang besar. Di dalam Gereja
terdapat perbedaan pelayanan, kemampuan dan anugerah, perbedaan dalam fungsi
dan martabat, dalam liturgi dan spiritualitas, perbedaan dalam teologi, dalam
devosi dan kegiatan; waktu, tempat, kebudayaan dan kebiasaan bangsa memberikan
coraknya sendiri dalam kehidupan gerejani. Tetapi segala perbedaan itu tidak
menghilang-lenyapkan kesatuan. Ada rupa-rupa karunia, tetapi satu Roh. Dan ada
rupa-rupa pelayanan, tetapi satu Tuhan. Dan ada berbagai perbuatan ajaib,
tetapi Allah adalah satu yang mengerjakan semuanya dalam semua orang. (1 Kor
12:4-6)
III. Kesatuan,
suatu rahasia.
Gereja mengambil bagian dalam kesatuan yang terdapat di dalam Allah sendiri, di
mana Bapa dan Putera dan Roh Kudus adalah satu. Kesatuan di dalam Allah adalah
lebih dalam dan lebih fundamental, lebih kuat dan lebih utama daripada kesatuan
manapun. Tiap kesatuan kodrati hanya merupakan bayangan yang lemah dari
kesatuan itu. Kesatuan Gereja termasuk dalam rahasia kehidupan Tuhan seperti
yang terdapat dalam ketiga Pribadi Ilahi. Gereja didirikan oleh Kristus dan
karena itu mengambil bagian dalam seluruh kepenuhan Kristus. Kristus, Sang
Putera, berada dalam persatuan Bapa dan Roh Kudus. Ia menjadikan semua orang
saudara-Nya dan menjadikan semua mereka anak-anak dari Bapa yang satu dan sama.
Ia mencurahkan kepada Gereja-Nya Roh yang sama, yang menghubungkan semua
anggota dengan Kristus menjadi satu tubuh.
Gereja menerima
kesatuan ini dari kekuatan sengsara Kristus. Karena Yesus akan mati untuk
bangsa itu (Yahudi), dan bukan untuk bangsa itu saja, tetapi juga untuk
mengumpulkan dan mempersatukan anak-anak Allah yang tercerai-berai. Gereja
menerima kesatuan ini juga dari kekuatan doa Kristus: Supaya mereka semua
menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam
Engkau. (Yoh 17:21).
Di dunia tidak
terdapat suatu kesatuan yang jauh lebih kuat daripada kesatuan ini, justru
karena ia adalah anugerah ilahi yang adikodrati dan terdapat di dalam Allah.
Oleh karena itu, ia mampu mempersatukan manusia, mampu mengalahkan perbedaan
dan kekuatan-kekuatan yang saling bertentangan. Ia lebih kuat daripada ikatan
darah dan bangsa, lebih kuat daripada cintakasih adikodrati atau kepentingan
masyarakat.
Kesatuan Gereja akan tetap berlangsung terus oleh
bantuan ilahi, walaupun banyak anggotanya tidak bersatu lagi dengannya. Suasana
perpecahan adalah suatu kenyataan yang menyedihkan. Kita tidak boleh menjadi
penonton dan bersikap acuh tak acuh terhadap kenyataan tersebut. Kita harus
berusaha dengan sekuat tenaga untuk mencapai kesatuan yang semula.
IV. Kesatuan
sebagai tanda yang kelihatan. Kesatuan Gereja juga mempunyai suatu
segi empiris. Gereja itu ada untuk memanifestasikan karya Allah. Kristus
berdoa: Semoga mereka sempurna menjadi satu, agar dunia tahu, bahwa Engkau yang
telah mengutus Aku. (Yoh 17:23). Di dalam doa itu dinyatakan bahwa kesatuan
adalah tanda pengenal bagi Gereja yang benar. Apabila kesatuan membuktikan
kebenaran perutusan Kristus, maka jelaslah bahwa Gereja yang benar adalah
Gereja di mana kesatuan itu ada; kesatuan dalam ajaran dan pengakuan iman,
kesatuan dalam peribadatan, kesatuan dalam kehidupan sakramental dan dalam
pimpinan. Kesatuan ini tidak ditemukan dalam (g)ereja-gereja yang telah
memisahkan diri dari (G)ereja.
Di sana (di
gereja-gereja yang memisahkan diri) tidak ada kesatuan pengakuan iman; malahan
sebaliknya terdapat banyak perbedaan dan pertentangan; bukan hanya dalam
hal-hal kecil dan kurang berarti, melainkan juga dalam dasar-dasar Kristianitas
mereka seringkali tidak sependapat.
Di sana tidak
ada kesatuan pelayanan sakramen; tidak semua menerima sakramen yang sama dan
tidak semua mempunyai pengertian yang sama tentang arti dan kekuatan sakramen
tersebut.
Di sana tidak
ada kesatuan pimpinan. Dalam beberapa gereja telah dimasukkan prinsip
nasionalitas yang seringkali harus dibayar mahal sekali, yaitu bahwa gereja itu
hampir sepenuhnya dikuasai oleh negara.
V. Kesatuan,
suatu tanda heran. Kesatuan ini juga merupakan suatu tanda heran.
Makin besar perbedaan di antara manusia, makin susah pula mereka dipertemukan
dalam suatu kesatuan. Dan hal ini akan menjadi lebih sukar lagi apabila
masalahnya bersifat rohani dan adikodrati.
Manusia di dunia
ini sangat berbeda yang satu dari yang lain baik di bidang kebudayaan, bangsa
dan bahasa, maupun di dalam kepentingan dan kebiasaan. Yang mempersatukan
mereka hanyalah sesuatu yang adikodrati dan yang bukan dari dunia ini., yaitu
Allah sendiri, kebahagiaan, pewartaan Kristen. Mereka semua dipersatukan di
dalam satu kesatuan yang mencakup seluruh dunia dan segala zaman. Kesatuan yang
demikian tidak dapat timbul dan dipertahankan oleh faktor-faktor manusiawi. Di
sini dapat dilihat kenyataan bahwa sekian banyak manusia yang berbeda-beda
dapat tinggal satu dalam keyakinannya tentang kehidupan, satu dalam pengertian
dan satu dalam perasaan; mengambil bagian dalam kehidupan gerejani yang satu
dan sama dan takluk kepada kewibawaan yang satu dan sama pula. Mereka semua
satu, bukan dalam kebencian tetapi dalam cintakasih. Kesatuan yang semacam itu
tidak datang dari manusia, melainkan dari Allah. Karena kebencian dan egoisme
dapat muncul dengan mudah; kepentingan yang berbeda-beda dan sifat yang
beraneka ragam dapat bertabrakan satu dengan yang lain; pendirian yang
berbeda-beda dapat mencerai-beraikan. Dan apabila kesatuan dapat bertahan tanpa
paksaan, maka itu adalah bukti nyata bahwa Allah sendirilah yang bekerja di
dalamnya atas cara yang luar biasa. Dengan adanya kesatuan yang termaksud di
dalam Gereja Katolik, kita dapat menarik kesimpulan bahwa ia (Gereja Katolik)
berhak menamakan diri Gereja yang benar.
VI. Kesuraman
Kesatuan.
Selama di dunia ini, Gereja mengalami keadaan yang menghinakan; keagungannya
belum dipancarkan ke luar dengan sepenuhnya. Hal ini disebabkan oleh situasi
dan kondisi duniawi di mana ia hidup; dan terutama sekali dosa manusia.
Perpisahan umat Kristen di dalam berbagai macam pengakuan iman merupakan sebab
mengapa kesatuan Gereja digelapkan dan mengapa ia tidak begitu cerah bersinar
keluar. Juga kekurangan perasaan kesatuan di antara umat Katolik dapat membuat
suram sifat ilahi daripada kesatuan Gereja. Sifat ilahi dapat dihalang-halangi
oleh perselisihan di antara anggota, oleh penolakan untuk bekerja sama, oleh
sifat kurang sabar dan kurang cintakasih, oleh ketidaktaatan kepada kewibawaan,
oleh menempatkan kepentingan pribadi dan perasaan nasional di atas yang pokok.
Karena itu sangat besarlah tanggungjawab umat beriman. Apabila mereka tidak
pandai memelihara kesatuan yang benar ini di dalam cintakasih, maka mereka akan
mempersulit orang lain untuk menemukan Gereja yang benar dan untuk mewujudkan
kesatuan di antara umat Kristen.
Oleh Pater
Herman Embuiru, SVD dalam buku “Aku Percaya” hlm. 142-145
Pax et Bonum
follow Indonesian Papist's Twitter