Kita sekarang hidup di masa yang sulit sebagai seorang
Katolik. Budaya-budaya masa sekarang menyampaikan pesan-pesan yang sangat
berbahaya bagi kehidupan spiritual kita. Bila kita menjadi buta akan kebenaran,
tampaknya kita akan berbalik arah dan mengejar “sukses” seperti yang ditentukan
oleh dunia modern dan sekuler ketimbang mengejar kekudusan yang mana Allah
sendiri memanggil kita kepada kekudusan tersebut.
Beginilah bagaimana dunia mengukur
kesuksesan:
1.
Apakah penampilan fisik saya atraktif atau menarik?
2.
Apakah pakaian saya stylish dan seksi?
3.
Apakah saya makan di restoran terbaik?
4.
Seberapa banyak pendapatan saya dan seberapa banyak tabungan saya?
5.
Apakah saya memiliki rumah yang terbaik dan mobil mewah keluaran terbaru?
6.
Apakah saya begitu berkuasa dan berpengaruh di tempat kerja, rumah dan di
antara teman-teman saya?
7.
Apakah anak-anak saya dididik dalam sekolah-sekolah terbaik sehingga mereka
juga bisa mencapai kesuksesan duniawi?
Tetapi, Allah menyediakan ukuran
yang berbeda:
1.
Apakah saya mencintai Allah dengan setiap urat di tubuh kita dan sepenuh jiwa
kita serta mengasihi sesama saya seperti saya mengasihi diri saya sendiri?
2.
Apakah saya peduli dengan kebutuhan spiritual dan material orang lain dan
melakukan sesuatu untuk membantu mereka?
3.
Apakah saya bisa diandalkan ... dapatkah orang lain mengandalkan saya?
4.
Apakah saya seorang yang berintegritas ... dapatkah orang lain mempercayai
saya?
5.
Apakah saya seorang yang rendah hati dan tidak egois ataukah saya seorang yang
sombong dan iri hati?
6.
Apakah saya baik dan penuh kasih?
7.
Apakah saya melakukan perbuatan-perbuatan baik dan menghindari
perbuatan-perbuatan jahat?
Kita bisa membaca Surat Yakobus yang mengingatkan kita bahwa
mengikuti cara dunia – mengejar kekayaan materi tanpa memperhatikan kewajiban
kita untuk mencintai Allah dan melayani sesama – akan membawa kita kepada
kehancuran kita sendiri (lihat Yakobus 5:1-6).
Dan Yesus mengingatkan kita dalam Injil bahwa kesombongan
bahkan dapat menyelinap masuk kita sedang berusaha untuk melayani Dia. Kita
terkadang mencoba untuk mencegah orang lain melakukan apa yang baik seolah-olah
hal itu entah bagaimana akan mengurangi usaha perbuatan baik kita sendiri.
(Lihat Mrk 9:38-41).
Yesus berbicara lantang mengenai perlunya menghindari
kesempatan-kesempatan berdosa: “Dan jika tanganmu menyesatkan engkau, penggallah,
karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup dengan tangan kudung dari pada
dengan utuh kedua tanganmu dibuang ke dalam neraka, ke dalam api yang tak
terpadamkan; Dan jika kakimu menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik
engkau masuk ke dalam hidup dengan timpang, dari pada dengan utuh kedua kakimu
dicampakkan ke dalam neraka; Dan jika matamu menyesatkan engkau, cungkillah,
karena lebih baik engkau masuk ke dalam Kerajaan Allah dengan bermata satu dari
pada dengan bermata dua dicampakkan ke dalam neraka, di mana ulat-ulat bangkai
tidak mati dan api tidak padam.”
(Mrk 9:43-48).
Saran-saran untuk Menghindari Dosa
dan Mengejar Kekudusan
Allah menghendaki hanya hal-hal yang baik untuk kita. Dia
telah menciptakan setiap kita dari kebaikan-Nya untuk menikmati kebahagiaan
abadi-Nya dalam hidup ini dan hidup yang akan datang. Adalah penting bagi kita
untuk mengetahui ukuran yang mendorong perilaku dan tindakan kita. Bila kita
tidak memeriksa bagaimana kita hidup dan apa yang memotivasi perilaku kita,
kita akan tampaknya akan berjalan menyimpang dari rencana Allah bagi kita.
Berikut ini adalah beberapa langkah-langkah efektif dan sederhana untuk
membantu kita melihat diri kita sebagaimana Allah melihat diri kita dan untuk
mengambil tindakan korektif agar memperdalam pertobatan kita dari dosa demi
menuju kepada Allah.
1. Menyediakan waktu untuk berdoa setiap hari dan berkomitmen
pada diri sendiri untuk menggunakan waktu tersebut untuk berdoa.
2. Menggabungkan pemeriksaan batin ke dalam doa sebelum tidur
anda.
3. Mulailah memeriksa batin Anda dengan memuji Tuhan dan
mengucap syukur atas kebaikan-Nya. Mintalah Tuhan untuk memberikan Anda rahmat
untuk menjadi bijaksana dan terbuka terhadap apa yang Dia ingin ungkapkan
kepada Anda.
4. Kenalilah cara-cara di mana Tuhan telah memberkati anda
sejak pemeriksaan batin anda yang terakhir.
5. Ingatlah waktu dan kesempatan sejak pemeriksaan batin
terakhir anda di mana anda telah mengikuti kehendak Allah bagi hidup anda dan
ingatlah juga waktu dan kesempatan di mana anda telah gagal – oleh karena
pikiran, perkataan, perbuatan dan kelalaian – untuk mengikuti kehendak Allah.
6. Kenalilah pola perilaku berulang anda. Di mana anda telah
berbuat baik, carilah terus lebih banyak kesempatan yang sama untuk hidup dalam
kebajikan. Di mana anda telah berdosa, berusahalah untuk membatasi atau
menghindari kesempatan-kesempatan untuk berbuat dosa tersebut.
7. Membuat Langkah Penyesalan. Putuskanlah untuk tidak ingin
berdosa lagi. Mintalah kepada Allah untuk memberikan rahmat dan kekuatan kepada
anda untuk taat dan berserah diri kepada Allah.
Cobalah untuk melakukan hal-hal di atas dengan komitmen yang
teguh. Meskipun kita lemah dan mudah jatuh dalam dosa, janganlah terus hidup
dalam kelemahan dan keberdosaan itu. Tanamkanlah di pikiran dan hati kita bahwa
setiap perbuatan dosa yang kita lakukan, telah menyakiti hati Yesus yang lebih
dulu mengasihi kita. Yesus telah berjanji bahwa Ia tidak akan melupakan
perbuatan-perbuatan sekecil apapun yang kita lakukan untuk mencintai Ia. Mrk
9:41 “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya
barangsiapa memberi kamu minum secangkir air oleh karena kamu adalah pengikut
Kristus, ia tidak akan kehilangan upahnya.”
Diterjemahkan oleh Indonesian Papist dari tulisan Diakon Mike Bickerstaff di situs Integrated Catholic Life
Pax et Bonum
Follow Indonesian Papist's Twitter