Surat
Gembala Tahun Iman
Bagi Umat Katolik Keuskupan Surabaya
(Dibacakan di semua gereja dan kapel di seluruh wilayah Keuskupan Surabaya, tanggal 6-7 atau 13/14 Oktober 2012)
Para saudara
terkasih,
Bapa Suci Paus
Benediktus XVI melalui Surat Apostolik dengan judul “Porta Fidei”
(Pintu Kepada Iman) telah mengumumkan Tahun Iman, yang akan dimulai pada
tanggal 11 Oktober 2012, dan akan ditutup pada Hari Raya Tuhan kita Yesus
Kristus Raja Semesta Alam pada tanggal 24 November 2013. Perayaan Tahun Iman
ini berkaitan dengan peringatan 50 tahun pembukaan Konsili Vatikan II dan 20
tahun sejak terbit buku Katekismus Gereja Katolik. Untuk di
Keuskupan Surabaya, saya akan membukanya dengan perayaan Ekaristi pada tanggal
18 Oktober 2012 di Gua Maria Lourdes Puhsarang- Kediri pukul 23.00 wib.
Dalam Surat
Apostolik tersebut Bapa Suci mengharapkan agar karunia iman yang telah kita
peroleh berkat sakramen baptis sungguh dapat memberikan kekuatan dan
pembaharuan nyata dalam hidup. Oleh karena itu melalui Surat Gembala
ini saya ingin menyapa para imam, biarawan-biarawati, katekis, para
pengurus Gereja dan seluruh umat Allah di Keuskupan Surabaya ini, agar memberi perhatian
khusus akan pentingnya iman bagi kehidupan, dan agar mengisi Tahun
Iman ini dengan pelbagai kegiatan yang diadakan di tempat masing-masing di
tingkat kevikepan, paroki, wilayah, lingkungan, stasi, maupun juga di
kelompok-kelompok kategorial.
Tahun Iman akan
sungguh menjadi saat berahmat, bila kita mengisi tahun ini dengan: memperdalam,
mempelajari, merayakan dan menghayati iman yang benar dalam
kehidupan nyata. Sumber iman kita adalah Kitab Suci dan
Tradisi penerusan iman oleh kuasa mengajar Gereja (Magisterium). Dalam hal ini,
Bapa Suci mengingatkan bahwa Katekismus Gereja Katolik merupakan salah satu
buah dari Konsili Vatikan II sebagai sumber pengajaran iman yang resmi dan
benar.
Iman adalah tanggapan
pribadi dan perjumpaan dengan Allah yang mewahyukan diri dalam pribadi Yesus
Kristus yang sudah bangkit. Dari perjumpaan pribadi tersebut kita
didorong untuk memahami isi pengakuan iman-kepercayaan yang benar dan
meneruskannya kepada generasi yang akan datang.
Saat ini kita
menghadapi dua krisis dalam hal iman: kehilangan identitas kekatolikan
dan selanjutnya bahaya kehilangan iman. Ditandai dengan
maraknya tren 'jajan rohani' di tengah aneka aliran kerohanian serta
relativisme keyakinan yang bisa mengaburkan identitas dan otentisitas iman
Katolik sebagaimana diwariskan para Rasul.
Gereja Katolik
kaya dengan kekayaan kebenaran ilahi namun kita kurang menggali dan menyantap
citarasa sedapnya Sabda Allah dan khazanah Ajaran Gereja. Maka tepatlah seruan
Paus, bahwa di jaman kita ini, “iman adalah anugerah yang perlu ditemukan
kembali, dipelihara dan dinyatakan dalam kesaksian”. Jikalau tidak
demikian, kita ada dalam bahaya kehilangan iman.
Manusia dibenarkan
karena iman (Rm 3:28) namun iman tanpa perbuatan adalah iman yang kosong (bdk.
Yak 2:20.24). Iman membuat kita menjadi tanda yang nyata akan kehadiran
Tuhan yang menyelamatkan jikalau diwujudkan dalam kesaksian hidup. Orang
zaman sekarang membutuhkan kesaksian yang dapat dipercaya dari orang-orang yang
mendapatkan pencerahan di dalam budi dan hatinya oleh sabda Tuhan, sekaligus
mampu membuka hati dan budi banyak orang untuk merindukan Allah serta kehidupan
yang sejati.
Untuk
menghidupkan, memperdalam dan menguatkan iman agar menjadi subur dan
menghasilkan buah berlimpah, perlu pendalaman Kitab Suci dan ajaran Gereja,
perayaan liturgi serta kesaksian hidup nyata. Pengakuan iman diikuti oleh
penerimaan kehidupan sakramental di mana Kristus hadir, bertindak dan terus
membangun Gereja-Nya. Tanpa liturgi dan sakramen-sakramen, pengakuan iman akan
kehilangan daya gunanya, sebab ia akan kehilangan rahmat yang mendukung
kesaksian Kristiani. Dalam hal ini, katekese memiliki peran yang sentral.
Sarana katekese yang tak tergantikan untuk sampai pada
pemahaman yang sistematis pada iman yang benar adalah Katekismus Gereja
Katolik. Apakah kita sudah cukup
mengenal dan mendalami Katekismus Gereja Katolik ini, sekurang-kurangnya
ringkasannya dalam Kompendium Katekismus Gereja Katolik? Apakah kita sudah
memelihara anugerah iman ini dan mewartakannya?
Konsili Vatikan II
telah membangkitkan kesadaran baru tentang arti dan peran Kitab Suci dalam
kehidupan iman Gereja. Gereja telah melihat kembali dirinya melalui Kitab Suci.
Demikianlah, Sabda Allah itu menjadi “penopang dan keteguhan Gereja” serta
“kekuatan iman, santapan jiwa, sumber murni dan abadi dari hidup rohani bagi
putera-puteri Gereja” (DV 21). Sabda Allah merupakan sarana untuk memupuk iman,
sehingga iman kita tumbuh, berkembang, dan berbuah, dan kita dapat bertahan
dalam iman sampai akhir (lih. KGK no. 162).
Sungguh relevan
bagi kita, bertepatan dengan fokus pastoral Keuskupan Surabaya di tahun 2013
adalah Kitab Suci dan Orang Muda Katolik (OMK). Kita melihat
bahwa Sabda Allah adalah sumber iman, sedangkan Orang
Muda adalah penerus iman.
Dalam konteks
orang muda sebagai penerus iman, perlulah kita memberi kesempatan kepada Orang
Muda Katolik untuk mengalami kegembiraan yang berasal dari iman kepada Yesus
Kristus dalam persekutuan dengan seluruh Gereja Katolik. Kita perlu
mengusahakan pertemuan katekese untuk Orang Muda Katolik, sehingga mereka
menemukan kebanggaan beriman Katolik dan menjadi saksi iman
ditengah masyarakat.
Umat Allah yang
terkasih, pada kesempatan ini, saya mengajak Anda untuk juga memberikan
perhatian pada sekolah dan perguruan Katolik. Ditempat inilah kekayaan iman
Gereja hadir secara nyata di tengah masyarakat. Maka hendaklah kita memelihara
iman insan Katolik di dalamnya dengan menggunakan Katekismus Gereja Katolik
sebagai referensi utama pengajaran iman.
Saya berharap agar
seluruh umat Allah di keuskupan Surabaya sungguh terlibat dalam mengisi
Tahun Iman ini. Hendaknya para imam, biarawan-biarawati, katekis, guru agama,
pengurus DPP-BGKP, kelompok-kelompok kategorial menjadikan Tahun Iman ini
sebagai gerakan bersama. Kita semua mengambil bagian secara
aktif, memperdalam pengetahuan tentang dokumen Konsili Vatikan II dan
Katekismus Gereja Katolik, menyegarkan kembali akan tugas dan tanggung jawab
serta ketrampilan dalam berkatekese dan membangun kesadaran sebagai saksi iman
yang sejati. Secara khusus saya mengingatkan para imam untuk mengajar
katekumen, memberikan pendalaman iman bagi umat, lebih intensif dalam
pelayanan sakramen serta mendalami dokumen-dokumen Ajaran Gereja.
Akhirnya marilah
kita mempercayakan saat berahmat ini kepada Bunda Maria, yang diwartakan
sebagai yang berbahagia karena telah percaya (Luk 1:45). Semoga melalui doa dan
perlindungannya kita sampai pada kepenuhan hidup iman.
Surabaya, 1 Oktober 2012
Pesta St. Theresia dari kanak-kanak Yesus
Berkat Tuhan,
Msgr. Vincentius Sutikno Wisaksono
Uskup Keuskupan Surabaya
Sumber: komunio.org
Pax et Bonum
follow Indonesian Papist's Twitter