Sebuah Karya Pembebasan
Bottom line: Yesus menginginkan anda pergi menjauh bersama
Ia untuk sebuah karya pembebasan.
Kita memiliki sebuah Injil hari ini yang menarik perhatian
kita – tidak hanya kepada mujizat, tetapi cara Yesus menyelesaikannya.
Ia menyembuhkan orang tuli, tidak dengan kata-kata sederhana
atau sentuhan. Ia membawa orang itu jauh dari kerumunan, menempatkan
jari-jari-Nya di telinga orang itu, meraba lidah orang itu dengan ludah-Nya,
lalu menarik nafas dan berkata: “Efata –
Terbukalah.”
Semua ini menunjukkan bahwa Yesus sedang melakukan lebih
dari sekadar penyembuhan biasa. Ia sedang menunjukkan karya pembebasan.
Dalam rangka untuk membebaskan manusia, Yesus harus
pertama-tama menarik diri-Nya dari keramaian. Sesuatu yang sama harus terjadi
kepada kita.
Kebiasaan kita dalam Misa – seperti yang kita pelajari
minggu lalu – adalah seperti laba-laba yang melemparkan jaring-jaring lengket
kepada kita. Masyarakat zaman sekarang bergerak pada dua asumsi: Pertama, bahwa
keberadaan (eksistensi) itu adalah acak, sebuah kebetulan. Dan yang kedua,
bahwa menjadi pria atau wanita telah menempatkan dalam diri kita dorongan bahwa
hal menjadi pria atau wanita ini hanyalah sebuah kebiasaan saja untuk dilakukan.
Hal terbaik yang dapat anda lakukan, berdasarkan budaya kita sekarang, adalah
melindungi diri anda sendiri dari penyakit-penyakit dan konsekuensi-konsekuensi
yang tidak diinginkan, seperti Memiliki seorang bayi.
Beato Yohanes Paulus II berbicara mengenai hal ini sebagai
budaya kematian (culture of death).
Yesus ingin membebaskan kita dari budaya itu. Ia tahu bahwa keberadaan kita
memiliki sebuah tujuan, bahwa anda dan saya tidak diciptakan secara acak,
tetapi dengan sebuah rencana. Dan bahwa Allah menciptakan kita pria dan wanita
untuk sebuah tujuan. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, Yesus harus menembus
jaring-jaring budaya kematian yang telah dilemparkan di atas kita.
Yesus ingin membebaskan kita, tetapi kita harus melakukan
sesuatu pada giliran kita. Saya senang untuk meletakkan hal ini dalam bentuk sebuah
“Resolusi Tahun Baru”. Permulaan sebuah tahun ajaran baru, bagi banyak dari
kita, adalah awal dari sebuah tahun baru. Saya meminta anda untuk membuat
sebuah resolusi untuk menyisihkan waktu setiap hari, sendirian bersama Yesus.
Salah seorang pastor muda kita, Pater Kurt Nagel, meminta umatnya untuk
berkomitmen setidaknya 20 menit sehari untuk doa hening. Dapatkah anda
melakukannya?
Untuk membebaskan seseorang, Yesus membutuhkan pula
kerjasama orang itu. Kita tidak sedang berbicara mengenai sesuatu yang
sederhana dan manis. Tidak, doa [justru] melibatkan kita dalam sebuah
pertempuran rohani. Perhatikan bahwa, sebelum menyembuhkan orang itu, Yesus menarik
nafas dalam-dalam. Itu adalah sebuah tanda perjuangan. Untuk melakukan sebuah
karya pembebasan, Yesus membutuhkan perhatian penuh kita. Dapatkah anda
memberinya 20 menit setiap hari?
Yesus terutama ingin membebaskan orang-orang muda. Dia ingin
anda tahu bahwa anda tidak sampai di sini oleh karena kebetulan. Sebaliknya,
anda dicintai – sangat dicintai. Allah telah memberikan sebuah takdir yang
tidak ada orang lain dapat genapi – tetapi hal ini akan melibatkan sebuah
pertempuran rohani. Dan musuh bebuyutan memiliki sebuah senjata baru – budaya kematian.
Dia akan melemparkan apa saja melawan anda – untuk menjauhkan anda dari tujuan
anda.
Budaya kematian menyebabkan orang-orang muda menghindari
komitmen, tanggung jawab. Dan budaya kematian mendorong wanita-wanita muda
untuk menggunakan feminitas mereka untuk merasa diinginkan, dibutuhkan.
Seorang pria mungkin berkata, “Saya sedang melakukan sesuatu dengan OK. Saya telah merencanakan untuk studi
dan mendapatkan sebuah pekerjaan. Apa masalah besarnya bila saya bermain video
game dan pergi berjalan-jalan dengan teman-teman saya? Mengapa saya harus
mengambil sejumlah hal-hal merepotkan?”
Dan seorang wanita muda mungkin berkata, “Saya senang memiliki kontrol. Mengapa saya
harus kembali ke pembatasan-pembatasan lama?”
Well, Yesus tidak ingin membatasi setiap orang. Kebalikannya –
Ia ingin membuka kemungkinan-kemungkinan lain. Pikirkan tentang orang tuli itu.
Dia tidak pernah mendengarkan suara-suara sehingga dia tidak tahu apa yang
hilang. Tetapi ketika Yesus membawanya keluar kerumunan dan melakukan karya
pembebasan, tiba-tiba ia mendengarkan suara-suara hewan dan anak-anak. Untuk
pertama kalinya, ia mendengarkan suara angin, air, musik, lagu-lagu dan
cerita-cerita. Dan di atas semua, ia mendengarkan suara yang indah. Yang begitu
berharga adalah suara kata pertama yang orang itu selamanya ingat – Efata, Terbukalah.
Yesus membebaskan orang itu. Kemampuan untuk mendengar dan
berbicara memberikan ia cakrawala baru. Dia bisa berelasi dengan orang lain dan
dengan Allah dalam cara yang baru. Ia sekarang dapat mendengarkan orang lain
dan berbicara kepada mereka. Dan juga untuk memuji Allah dengan bibirnya.
Seperti yang Yesus lakukan kepada orang tuli itu, Yesus juga
ingin melakukan hal yang sama kepada kita – untuk membuka sebuah dunia makna
dan tujuan. Terutama bagi orang muda kita, Yesus ingin membebaskan anda dari
budaya kematian. Ia ingin anda menyadari makna dari maskulinitas atau feminitas
anda: kuasa untuk membuat pemberian total bagi sesama dan dengan pemberian itu,
membuka diri anda sendiri kepada hidup.
Kita menginginkan pembebasan Yesus bagi orang-orang muda
kita – dan kita orang-orang tua juga membutuhkan penyembuhan. Seperti
orang-orang dalam Injil hari ini, kita tahu bahwa hanya Yesus yang dapat
memberikan kebebasan yang nyata.
Yesus ingin anda dan saya pergi menjauh dari keramaian, dari
kebudayaan kita yang beracun. Berikan pada-Nya perhatian penuh anda – 20 menit
sehari. Biarkan Yesus meletakkan jari-jari-Nya di telinga anda dan menyentuh
lidah anda untuk melakukan sebuah karya pembebasan. Efata. Terbukalah. Amin
Pater Phil Bloom adalah Pastor Paroki St. Mary of
the Valley, Monroe
Homili di atas diterjemahkan dari situs resmi
paroki tersebut.
Pax
et Bonum
follow
Indonesian
Papist's Twitter