Salah seorang sahabat
Katolik saya mengirimkan saya sebuah artikel yang berisi komparasi
(perbandingan) antara Katolik Roma, Ortodoks Timur dan Protestan. Artikel ini
dibuat oleh seorang Ortodoks Timur dari yurisdiksi ROCOR (Russian Orthodox
Church Outside Russia). Sayangnya, informasi yang diberikan mengenai Katolik
Roma banyak sekali yang tidak sesuai fakta, salah kaprah dan cenderung
menyesatkan. Oleh karena itu, saya akan memberikan respon atas tulisan tersebut
di artikel ini. Saya di sini hanya akan membahas komparasi Katolik Roma dengan
Ortodoks Timur.
Pertama yang harus kita
lihat adalah perbandingan yang diberikan ini tidaklah pas. Mengapa? Karena
penulis tersebut membandingkan sebuah Persekutuan Gereja (Ortodoks Timur yang
terdiri) dengan sebuah Gereja Partikular (yaitu Katolik Roma). Ini sama saja
membandingkan antara ASEAN dengan Amerika Serikat. Istilah lainnya, apa yang
dibandingkan berbeda levelnya.
Adalah lebih tepat bila dibandingkan itu adalah Ortodoks Rusia dengan Katolik
Roma, Ortodoks Yunani dengan Katolik Roma, Ortodoks Bulgaria dengan Katolik
Roma, Ortodoks Rusia dengan Katolik Ukraina dan sebagainya. Dan jika mau
berbicara dalam level yang lebih tinggi, maka Gereja Ortodoks Timur hendaknya
dibandingkan dengan Gereja Katolik, bukan dengan Katolik Roma. Saya maklum
melihat perbandingan berbeda level yang dibuat oleh orang Ortodoks Timur ini
karena mereka masih tidak bisa melepaskan kesalahan mengidentikkan Gereja
Katolik dengan Katolik Roma, padahal di dalam Gereja Katolik ada Katolik Timur.
Mari kita bahas
perbandingannya satu per satu. Tulisan berwarna merah adalah dari artikel tersebut.
Perihal: AllahOrtodoks Timur: Trinitas: Roh Kudus keluar dari Bapa. [Yoh 15:26]Katolik Roma (Katolik Latin): Trinitas: Roh Kudus keluar dari Bapa dan Putera.
Respon Indonesian Papist: Gereja Katolik selalu mengajarkan bahwa Allah Bapa adalah source of The Trinity. Yang dimaksud “qui ex patre filioque procedit” dalam Credo Latin adalah Roh Kudus berasal dari Bapa melalui Putera. Ajaran bahwa Roh Kudus berasal dari Bapa melalui Putera sendiri sama dengan yang Ortodoks Timur ajarkan. Berikut ini saya kutipkan klarifikasi dari Gereja Katolik melalui Pontificial Council for Promoting Christian Unity dalam dokumen berjudul THE GREEK AND LATIN TRADITIONS REGARDING THE PROCESSION OF THE HOLY SPIRIT.
Since the Latin Bible (the Vulgate and earlier Latin translations) had translated Jn 15:26 (παρὰ τοῦ Πατρὸς ἐκπορεύεται) by "qui a Patre procedit", the Latins translated the ἐκ τοῦ Πατρὸς ἐκπορευόμενον of the Symbol of Nicaea-Constantinople by "ex Patre procedentum" (Mansi VII, 112 B). In this way, a false equivalence was involuntarily created with regard to the eternal origin of the Spirit between the Oriental theology of the ἐκπόρευσις and the Latin theology of the processio. The Greek ἐκπόρευσις signifies only the relationship of origin to the Father alone as the principle without principle of the Trinity. The Latin processio, on the contrary, is a more common term, signifying the communication of the consubstantial divinity from the Father to the Son and from the Father, through and with the Son, to the Holy Spirit. In confessing the Holy Spirit "ex Patre procedentem", the Latins, therefore, could only suppose an implicit Filioque which would later be made explicit in their liturgical version of the Symbol.
Permasalahan
ini sebenarnya permasalahan semantik antara Yunani dan Latin. Baik Katolik
(Roma dan Timur) maupun Ortodoks Timur mengakui ajaran yang sama mengenai tentang
Trinitas.
Perihal: Sumber AjaranOrtodoks Timur: Kitab Suci & Tradisi Rasuli [2Tes 2:15] (Regula Fidei)Katolik Roma: Kitab Suci, Tradisi Rasuli & Magisterium (Sola Ecclesia)
Respon
Indonesian Papist: Ini adalah kesalahpahaman penulis artikel mengenai Gereja
Katolik. Gereja Katolik tidak pernah mendefinisikan “Sola Ecclesia”. Istilah
ini tampaknya sengaja dikenakan oleh penulis tersebut terhadap Gereja Katolik,
padahal secara aktual Gereja Katolik mengakui Kitab Suci dan Tradisi Apostolik
sebagai the supreme rule of faith
(Regula Fidei Tertinggi). Kitab Suci dan Tradisi Suci adalah wahyu Ilahi,
sementara Magisterium Gereja melayaninya. Berikut ini salah satu kutipan
Dokumen Resmi Gereja Katolik: “Indeed, the
word of God is given to us in sacred Scripture as an inspired testimony to
revelation; together with the Church’s
living Tradition, it constitutes the supreme rule of faith.” (Paus
Benediktus XVI, Seruan Apostolik Verbum Domini, 30 September 2010)
Perihal: 1. Dasar Kitab Suci Perjanjian Lama – 2. Kitab Tambahan – 3. Perjanjian BaruOrtodoks Timur: 1. Kristus & Para Rasul, Manuskrip Septuaginta, 53 Kitab PL – 2. Anaginoskomena - 3. Sama, 27 SuratKatolik Roma: 1. Konsili Katolik Roma, Manuskrip Vulgata, 49 Kitab PL – 2. Deuterokanonika - 3. Sama, 27 Surat
Respon Indonesian
Papist: Pertama-tama perlu diketahui bahwa dalam Ortodoks Timur, tidak ada
Kanon Kitab Suci yang standar, resmi dan mengikat seluruh Gereja yang berada
dalam Gereja Ortodoks Timur. Bapa R.
Stergiou, seorang Imam Ortodoks Timur, memberikan kita keterangan adanya
inkonsistensi dalam Gereja Ortodoks Timur mengenai Kanon Kitab Suci. Gereja
Ortodoks Rusia dan Gereja Ortodoks Yunani sendiri memiliki Kanon Kitab Suci
yang berbeda satu sama lain. Jadi, tidak tepat juga dikatakan bahwa Kitab Suci
Perjanjian Lama Ortodoks Timur memiliki angka tepat 53; bisa jadi ada yang
lebih dari 53, bisa juga kurang dari 53.
Not only are there inconsistencies between the use of the two different Canons, but there are also inconsistencies in the different Traditions of Orthodoxy on which books are to be included in the greater Canon. For example, the Russian Orthodox Tradition or the Slavonic Bible includes 2 Edras, whereas the Greek Orthodox Tradition of the Septuagint does not. This lack of uniform use led P. Bratsiotes to make the following observation (quoted by S. Agourides in his article The Bible in the Greek Orthodox Church, p. 240): "It is for this reason that the fixing of the Canon of the Old Testament is proposed as one of the subjects of a future Great Synod of the Eastern Orthodox Church". So even today, the issue of the Old Testament Canon remains open for discussion. (Fr. R. Stergiou. from Voice in the wilderness, v. 5(4-6), 1997 Greek Orthodox Church of St. George, South Brisbane)
Dasar
Perjanjian Lama Katolik Roma sendiri juga adalah Kristus dan Para Rasul.
Konsili-konsili yang ada bertujuan untuk menetapkan Kanon Kitab Suci. Ketika
penulis artikel tersebut mengatakan dasar PL Katolik Roma adalah Konsili
Katolik Roma, maka tentunya kita harus kritis melihat pernyataan ini: “Terus dasarnya Katolik Roma menetapkan itu
apa?” Jelas Kristus dan Para Rasul juga. Saya pikir jika penulis berprinsip
bahwa dasar PL Katolik Roma adalah Konsili-konsili Katolik Roma karena
konsili-konsili ini yang menetapkan Kanon Kitab Suci, maka – jika penulis artikel
tersebut mau konsisten - harusnya dasar PL Ortodoks Yunani adalah Sinode
Yerusalem tahun 1672 yang menetapkan kanon Kitab Suci Ortodoks Yunani.
Tentang kitab tambahan, Gereja Katolik tidak pernah menyebutkan Deuterokanonika sebagai kitab tambahan, melainkan bagian yang utuh dari Perjanjian Lama. Reformasi Protestan-lah yang kemudian menimbulkan tuduhan/anggapan bahwa Deuterokanonika sebagai kitab tambahan. Deuterokanonika dalam Katolik diyakini sebagai kitab yang diinspirasi oleh Roh Kudus sama seperti kitab-kitab lain dalam Kitab Suci Gereja Katolik.