Kisah Uskup Pavlos Meletiev
(1880-1962): Dari Uskup Ortodoks Rusia menjadi Uskup Katolik Rusia (Ortodoks Rusia Dalam
Persatuan Dengan Roma)
Dari Solovetski ke Roma, Kisah Seorang Peziarah Rusia
Bukan rahasia umum lagi bahwa
Gereja Ortodoks Rusia – entah itu yang berada dalam yurisdiksi Kepatriarkan
Moskow maupun yang berada dalam yurisdiksi ROCOR (Russian Orthodox Church
Outside Russia – Gereja Ortodoks Rusia di luar Rusia) – memiliki sentimen
negatif terhadap Gereja Katolik. Bahkan ada pula yang mengatakan Gereja
Ortodoks Rusia itu anti-Katolik. Namun, di balik itu, sejarah mencatat
terjadinya konversi (perpindahan) kaum tertahbis dan kaum awam Ortodoks Rusia
ke dalam Gereja Katolik, secara khusus ke dalam Gereja Katolik Rusia.
Gereja Katolik Rusia adalah salah satu dari 22
Gereja Katolik Timur yang bersatu dengan Roma. Secara umum, Gereja Katolik
Rusia berbagi tradisi yang sama dengan Ortodoks Rusia. Gereja Katolik Rusia saat
ini memiliki umat sebanyak 3.500 orang di diaspora dan saat ini tidak memiliki
hierarki. Evangelisasi Rusia berawal dari Pembabtisan St. Olga (905) dan St.
Vladimir (988). Skisma Besar 1054 menyebabkan Gereja Ortodoks Rusia berkembang.
Gereja Katolik Timur adalah ilegal di Rusia sampai tahun 1905. Setelah Edict
dari Tsar Nikolas II pada tahun itu, beberapa komunitas kecil Katolik Timur
terbentuk. Eksarkat Apostolik kemudian didirikan di Rusia (1917) dan China (1928)
untuk Imigran Rusia. Kedua eksarkat ini sekarang berada pada kondisi sedevacante (tahta kosong) karena hingga
sekarang tidak ada satu pun uskup yang ditunjuk sebagai eksark bagi kedua
eksarkat ini. Di samping itu, sekarang ada dua Paroki Katolik Rusia di Amerika
Serikat, satu di Australia dan satu di Kanada.
Salah seorang kaum tertahbis Ortodoks Rusia yang pindah
menjadi Katolik Rusia adalah Uskup
Pavlos (Pavel) Meletiev.
Uskup Pavlos Meletiev (sumber: fedorstratilat.ru) |
Pavlos Meletiev lahir pada tanggal 2 November 1880 (15
November 1880 berdasarkan Revue des
Ordinations Épiscopales, Issue 1943, Number 43) di Archangelsk di Rusia
bagian utara. Ayahnya adalah seorang diakon Ortodoks Rusia. Pada usia muda, dia
masuk biara Ortodoks Rusia yang bernama biara Solovetski. Biara tersebut
terletak di sebuah kepulauan yang berada di Laut Putih. Pada tahun 1909, dia
ditahbiskan menjadi hierodeacon (Diakon
Biarawan) dan kemudian ditahbiskan menjadi hieromonk
(Imam Biarawan) pada tahun 1910. Kemudian dia diangkat pula menjadi Igumen (Abbas – Kepala Biara) dan
menjadi misionaris di Rusia Utara sesuai permintaan Uskup Archangelsk. Terkenal
akan devosi dan karya misinya yang bersemangat, biarawan ini ditangkap pada
tahun 1920 oleh kaum Bolshevik sesudah revolusi di Rusia pada tahun 1917 dan ia
divonis hukuman mati. Penyelenggaraan Ilahi melindunginya dari hukuman mati
tersebut dan Igumen Pavlos akhirnya divonis 5 tahun kerja paksa. Setelah bebas,
Igumen Pavlos berkenalan dengan Uskup Ioasaph (Vikar-Uskup Maloyaroslavets) dan
Uskup Pavlin (Uskup Kaluga). Igumen Pavlos membantu kedua uskup ini dalam
pelayanan mereka dan mewarta di Moskow, Serpukhov dan Kaluga. Igumen Pavlos
menemukan banyak uskup dan imam yang selamat memilih berkompromi dengan
Penguasa Soviet yang ateis. Ia menolak untuk berkompromi dengan Penguasa Soviet
dan berujung pada penangkapannya kembali pada tahun 1931 dan ditahan di Butyrki.
Biaranya sendiri telah ditutup dan kompleks kepulauan Solovetski berubah
menjadi penjara dengan keamanan maksimum. Ia kemudian dikirim ke gulag
(tempat kerja paksa), kali ini selama 7 tahun di Kamp Siberia di Karaganda
(sekarang masuk ke wilayah negara Kazakhstan). Rahmat Allah bagaimanapun juga
tetap bersama dia. Igumen Pavlos berhasil bertahan dari kesusahan ini dan kemudian
berkarya sebagai imam bawah tanah (Catacomb Priest) sejak tahun 1937
hingga tahun 1941 saat Belarusia telah diduduki Pasukan Jerman.
Pasukan Pendudukan Jerman di Belarusia, seperti yang telah
dilakukan di Ukraina, mengizinkan pembukaan kembali gereja-gereja dan
pembaharuan kehidupan gereja. Jerman memberikan ruang bebas bagi berdirinya
Gereja yang kemudian dikenal sebagai Gereja Otonom Ortodoks Belarusia. Igumen
Pavlos membantu pembaharuan kehidupan gereja di daerah Smolensk, Briansk dan
Mogilev. Gereja Otonom Ortodoks Belarusia secara teknis berada di bawah
yurisdiksi Kepatriarkan Moskow meskipun tidak ada kontak yang nyata antara
Gereja Belarusia dengan Kepatriarkan Moskow. Hal ini karena Pasukan Pendudukan
Jerman melarang adanya komunikasi atau hubungan antara Gereja Belarusia dengan
Kepatriarkan Moskow yang dikendalikan kaum Bolshevik Rusia. Meskipun demikian,
Gereja Belarusia tetap menjalin komunikasi dan kerjasama dengan Gereja Ortodoks
Rusia di luar Rusia (ROCOR) yang relatif bebas dari pengaruh kaum Bolshevik
Rusia.
Pada Oktober 1943, diadakan konsili Para Uskup ROCOR di Vienna,
Austria. Alasan utama konsili ini adalah deklarasi bahwa Pemilihan Metropolitan
Sergey sebagai Patriark Moskow dan Seluruh Rusia adalah batal dan tidak sah. Pada
konsili ini, Jerman mengizinkan para hierarki Gereja Belarusia untuk hadir yang
kemudian meneguhkan hubungan kerjasama antara Gereja Otonom Belarusia dengan
ROCOR. Pada tanggal 7 Oktober 1943, Igumen Pavlos ditahbiskan menjadi Uskup Roslavl’sk, vikar (wakil) bagi
Uskup Stefan (Uskup Smolensk dan Briansk). Konsekrasi Igumen Pavlos sebagai
uskup dilakukan di Katedral Minsk (Belarusia), dipimpin oleh Metropolitan
Panteleimon berkonselebrasi dengan Uskup Agung Filofei dan Uskup Venedikt.
Pada Juni 1944, seluruh hierarki Gereja Otonom Belarusia bersama
umatnya diri ke Jerman saat Pasukan Rusia mulai memukul mundur Pasukan Jerman
dari Belarusia. Uskup Pavlos dan saudarinya yang juga seorang biarawati, Mother Igumena (Kepala Biara Perempuan)
Serafima, juga ikut melarikan diri
dari Belarusia. Pada pertemuan Desember 1944, Metropolitan Panteleimon
menegaskan bahwa satu-satunya tindakan yang mungkin untuk menyelamatkan Gereja
Belarusia adalah bersatu dengan ROCOR. Uskup Pavlos setelah melakukan
perjalanan melintasi Cekoslovakia, Austria dan Jerman; akhirnya tiba di Munich
untuk meminta bantuan kepada Metropolitan Anastassy dari ROCOR. Namun, selama
pengasingan dari Belarusia, Uskup Pavlos perlahan-lahan - melalui doa-doa dan
studi – percaya akan perlunya bersatu dengan Paus Roma dan Gereja Katolik. Uskup
Pavlos – secara terpisah – sampai kepada kesimpulan yang sama dengan yang
dicapai Uskup-martir Varfolomey Remov
(mantan wakil Metropolitan Peter, pengganti sementara Patriark Tikhon dari
Rusia) yang mengalami delapan belas bulan penyiksaan untuk membuat dia
meninggalkan pertobatannya ke dalam Gereja Katolik dan untuk memaksanya kembali
ke dalam Gereja Ortodoks Rusia sebelum akhirnya ia ditembak mati di penjara
Butyrky pada 1 Agustus 1935.
Pada April-Mei 1946, Konsili ROCOR diselenggarakan di Munich. Hierark dari Gereja Otonom Ortodoks Belarusia dan Ortodoks Ukraina diterima ke dalam persatuan dengan ROCOR. Selama sebuah sesi konsili, setelah semua uskup Belarusia (kecuali Uskup Pavlos) diterima secara resmi ke dalam ROCOR; Uskup Pavlos kemudian diberikan pertanyaan-pertanyaan mengenai kecenderungannya untuk bersatu dengan Gereja Katolik. Pertanyaan-pertanyaan yang dikeluarkan kemudian berubah menjadi pertanyaan-pertanyaan yang tidak menyenangkan dan sama sekali tidak welcome. Uskup Agung Venedikt dari Gereja Otonom Belarusia bahkan mempertanyakan “Apakah kamu seorang Ortodoks?” kepada Uskup Pavlos dan Uskup Agung Venedikt juga berkata kepada konsili “Bila dia (Uskup Pavlos) bukan Yudas [Iskariot], saya akan senang hati menyambut Uskup Pavlos.” Uskup Pavlos berkata bahwa bila dia memasuki persatuan dengan Paus Roma, hal ini tidak banyak berarti dan Ia tetap seorang Ortodoks Rusia namun dalam persatuan dengan Paus Roma (dengan kata lain Russian Orthodox in communion with Rome). Akhirnya Uskup Pavlos berkata “Saya butuh berdoa” dan kemudian walk out dari konsili tersebut.
Selanjutnya, Uskup Pavlos menerima bantuan dan pertolongan dari
Uskup Katolik bernama Uskup Michael
Buchberg, seorang uskup berkebangsaan Jerman. Dan pada tanggal 21 September
1946, Uskup Pavlos bersama dengan saudarinya, Mother Igumena Serafima, dengan
rendah hati membuat pernyataan iman bahwa mereka mengakui dan mengimani Iman
Katolik kepada utusan Paus, Kardinal
Tisserant. Uskup Pavlos bersama Mother Igumena Serafima diterima ke dalam
Gereja Katolik dan Paus Pius XII mengangkat Uskup Pavlos sebagai Uskup Tituler Heracleopolis Magna pada
tanggal 26 Oktober 1946. Uskup Pavlos menyatakan, “Ketaatan saya kepada Gereja Universal, dipersatukan dengan Tahta
Apostolik Suci Roma bagi saya adalah sukacita terbesar saya selama pengasingan
dan langkah terpenting dalam pelayanan saya bagi Kristus, Gereja dan Tanah Air.”
Uskup Pavlos menghabiskan waktunya di Roma dan dengan
mengunjungi berbagai pusat keberadaan umat Katolik Rusia (umat Katolik Rusia
sering menyebut diri mereka Ortodoks Rusia dalam persekutuan dengan Roma),
secara khusus di Jerman dan Belgia. Intensi yang mendominasikan seluruh doa dan
matiraga di tahun-tahun terakhir hidupnya adalah pertobatan orang-orang Rusia
ke dalam Gereja Katolik. Mungkin peristiwa yang paling penting dalam hidupnya
adalah memimpin peziarahan sekitar 500 umat Katolik Rusia ke Roma dan Fatima
dalam Tahun Suci 1950-1951 yang diakhiri dengan Misa Agung Pontifikal yang ia
sendiri nyanyikan dan rayakan dalam ritus Bizantium-Rusia di hadapan
orang-orang yang berkumpul di Fatima.
Uskup Pavlos Sedang Merayakan Misa Agung Pontifikal di Fatima (sumber: holyunia.blogspot.com) |
Di Roma, di mana para peziarah Rusia membantu perayaan sukacita yang menandai pendeklarasian Dogma Bunda Maria Diangkat ke Surga, Uskup Pavlos menyerahkan petisi kepada Paus atas nama dia sendiri, Uskup Agung Evreinov (uskup Ortodoks Rusia lainnya yang berpindah menjadi Katolik) dan seluruh umat Katolik Rusia meminta kepada Paus agar melakukan: “Konsekrasi khusus negara kami, Rusia, yang telah menderita begitu banyak kepada Santa Maria Ratu Dunia, yaitu kepada hatinya yang keibuan dan tanpa noda yang tertusuk oleh pedang... pembebasan negara kami, diikuti dengan [pembebasan] seluruh dunia dari perbudakan Bolshevisme yang mengerikan yang tidak dapat diperoleh dengan kekuatan persenjataan dan uang... perjuangan melawan Allah dan Gereja yang kudus oleh Bolshevik yang tidak dipimpin oleh kekuatan manusia belaka. Kekuatan yang mereka (kaum bolshevik) miliki bersumber pada iblis sendiri dan roh kegelapan. Yang jahat adalah iblis yang mengangkat kemunculan ateisme Marxis-Bolshevik dan kekuatan yang dapat mengalahkan ini adalah Ratu Kita dan pelindung kita, Bunda dari Allah kita... Tetapi siapa yang dapat membuat konsekrasi ini atas nama Rusia yang telah dinajiskan dan diperbudak? Kami melihat hanya satu solusi, dan kami mengekspresikannya dengan permintaan kami yang sederhana. Kami meminta supaya konsekrasi ini dilakukan oleh Wakil Kristus di dunia; Pengganti Pangeran Para Rasul, Petrus; Paus Pemimpin Gereja Universal; Paus Roma.”
Uskup Pavlos Si Pendoa ini kemudian meninggal segera setelah
mengalami kecelakaan ditabrak oleh mobil di Belgia pada tanggal 19 Mei 1962.
Referensi:
2. Bishop Pavlos Meletiev
Lihat juga:
Pax et Bonum
follow Indonesian Papist's Twitter