Dalam riwayat
hidup sejumlah Para Kudus, kita dapat menemukan kisah-kisah menarik
antara Para Kudus tersebut dengan binatang-binatang. Kisah-kisah tersebut seringkali
menampakkan kekudusan Para Kudus sendiri sekaligus kemuliaan Allah. Saya
berusaha mendokumentasikan beberapa kisah Binatang dan Para Kudus yang ada.
1. St.
Fransiskus Assisi dan Serigala di Kota Gubbio
St. Fransiskus Assisi dan Serigala kota Gubbio (s: austeni.blogspot.com) |
Kisah pertama
tentulah kita angkat dari santo pelindung lingkungan hidup Gereja, yaitu St.
Fransiskus Assisi, yang terkenal sangat dekat dengan para binatang-binatang.
Seringkali diceritakan bahwa St. Fransiskus Assisi tidak hanya mewartakan kabar
gembira kepada orang-orang saja tapi juga kepada burung-burung dan ikan-ikan.
Burung-burung dan ikan-ikan ini dengan setia mendengarkan khotbah St.
Fransiskus Assisi dan baru pergi bila St. Fransiskus Assisi selesai berkhotbah
dan menyuruh mereka pergi. Kisah interaksi St. Fransiskus dengan binatang yang paling
terkenal adalah kisah St. Fransiskus Assisi menjinakkan seekor serigala di kota
Gubbio.
Saat St.
Fransiskus tinggal di kota itu, seekor serigala sangat ganas sedang meneror
penduduk. Serigala itu tidak hanya memangsa binatang lain tapi juga manusia.
Rakyat kota berusaha melawan tetapi gagal. Penduduk menjadi sangat ketakutan
dengan serigala ini sehingga tidak berani keluar dari tembok kota.
Fransiskus
merasa kasihan kepada penduduk kota dan memutuskan pergi menemui serigala
tersebut. Penduduk kota itu mencegah St. Fransiskus, tetapi St. Fransiskus
memberitahu mereka bahwa Tuhan akan menjaganya. St. Fransiskus pun berjalan
keluar dari gerbang kota bersama seorang rahib pemberani dan beberapa petani.
Tetapi para petani kemudian menjadi gentar dan kembali.
St. Fransiskus
dan rahibnya mulai berjalan dan tiba-tiba serigala ganas tersebut muncul dari
hutan dan dengan rahang ternganga menyerang mereka. St. Fransiskus segera
membuat tanda salib ke arah serigala. Dengan kuasa Tuhan, serigala itu
memperlambat larinya dan menutup rahangnya. Kemudian Fransiskus berteriak:
"Datanglah kepadaku, Saudara Serigala. Dalam nama Yesus, aku memerintahkan
kamu untuk tidak lagi menyakiti siapa pun." Maka pada saat itu juga
serigala menundukkan kepalanya dan datang berbaring di bawah kaki St.
Fransiskus. Serigala itu menjadi jinak seperti seekor anak domba.
St. Fransiskus menjelaskan kepada serigala bahwa
serigala telah menakutkan penduduk kota, karena ia tidak saja memangsa
binatang, tetapi juga manusia yang diciptakan seturut gambaran Allah.
"Saudara Serigala," kata Fransiskus, "aku ingin mengadakan
perdamaian antara kamu dan penduduk Gubbio. Mereka tidak akan menyakiti kamu
dan kamu juga tidak boleh lagi menyakiti mereka. Semua kejahatan di masa lampau
harap dimaafkan."
Serigala menyatakan persetujuannya dengan menggoyang-goyangkan badannya dan menggangguk-anggukkan kepalanya. Dan puncak dari peristiwa yang menakjubkan itu, Fransiskus meminta serigala untuk membuat janji. Sementara Fransiskus mengulurkan tangannya untuk menerima janji, serigala mengulurkan kaki depannya dan meletakkannya di atas tangan orang kudus itu. Kemudian, Fransiskus memerintahkan serigala untuk mengikutinya masuk ke dalam kota untuk mengadakan perjanjian damai dengan penduduk kota. Maka tanpa melawan sedikit pun serigala mengikuti St. Fransiskus. Serigala itu kemudian dinamai Lupo.
Serigala menyatakan persetujuannya dengan menggoyang-goyangkan badannya dan menggangguk-anggukkan kepalanya. Dan puncak dari peristiwa yang menakjubkan itu, Fransiskus meminta serigala untuk membuat janji. Sementara Fransiskus mengulurkan tangannya untuk menerima janji, serigala mengulurkan kaki depannya dan meletakkannya di atas tangan orang kudus itu. Kemudian, Fransiskus memerintahkan serigala untuk mengikutinya masuk ke dalam kota untuk mengadakan perjanjian damai dengan penduduk kota. Maka tanpa melawan sedikit pun serigala mengikuti St. Fransiskus. Serigala itu kemudian dinamai Lupo.
Ketika mereka tiba di alun-alun kota, semua
orang datang untuk menyaksikan peristiwa yang ajaib itu. Dengan serigala di
sisinya, Fransiskus berkhotbah kepada penduduk kota mengenai cinta kasih Tuhan
yang luar biasa serta ajaib, yang memanggil mereka semua untuk bertobat dari
semua dosa-dosa mereka. Kemudian atas nama serigala, Fransiskus menawarkan perdamaian
kepada penduduk kota. Penduduk berjanji dengan suara lantang bahwa mereka akan
menyediakan makanan bagi serigala. Kemudian Fransiskus bertanya kepada serigala
apakah ia mau hidup berdamai dengan syarat-syarat tersebut. Serigala
menundukkan kepalanya dalam-dalam dan merenggangkan badannya untuk meyakinkan
semua orang bahwa ia menerima janji itu. Kemudian sekali lagi serigala
meletakkan tangannya di atas tangan Fransiskus sebagai tanda ikatan perjanjian.
2. St. Rochus
(1295-1327) dan Seekor Anjing
St. Rochus (s: har22201.blogspot.com) |
St. Rochus lahir
di Montpellier, Prancis. Ayahnya adalah gubernur daerah itu. Pada saat
kelahirannya, Dilaporkan bahwa St. Rochus ditandai secara ajaib di dadanya
dengan sebuah salib merah. Ketika dia berusia 20 tahun, orang tuanya dibunuh.
Meskipun dia diwarisi kekayaan dan pemerintahan Montpellier, St. Rochus menolak
kekayaan itu dan memberikannya kepada orang-orang miskin. Dia menyerahkan
tampuk pemerintahan Montpellier kepada pamannya.
Dia merasakan
panggilan batin untuk pergi ke Italia. Menyamar sebagai peziarah miskin, ia
berangkat dengan berjalan kaki. Di sepanjang jalan, dia mendapati desa demi
desa terjangkit wabah penyakit. Menyadari panggilan yang sebenarnya, St. Rochus
berjalan dari desa ke desa, tinggal di setiap desa selama beberapa minggu dan
membaktikan dirinya untuk merawat dan menyembuhkan orang-orang yang terjangkit
wabah penyakit. St. Rochus tidak pernah takut terjangkit tetapi terus-menerus
membantu menyembuhkan setiap orang sakit yang ia temui. Banyak dari orang-orang
desa sembuh. St. Rochus juga membantu menyembuhkan hewan ternak dan hewan-hewan lainnya.
Setelah beberapa
tahun, St. Rochus akhirnya terjangkit penyakit juga. Tidak ingin menjadi beban
masyarakat, St. Rochus mengundurkan diri ke sebuah hutan yang berada di luar
sebuah desa bernama Piacenza dan menunggu sampai ajal menjemputnya. Saat ia
tengah berbaring dalam keadaan sekarat, seekor anjing kemudian muncul,
berbaring di sampingnya dan menjilati luka-lukanya. Anjing itu secara berkala
menghilang dan kembali ke sana sambil membawa sepotong makanan yang ia
kumpulkan dari sekitar Piacenza. Meskipun anjing itu sendiri kurus karena
kelaparan, anjing itu selalu menaruh makanan dengan pelan di dada St. Rochus
untuk dimakan. St. Rochus pulih dan ditemukan oleh pemilik anjing tersebut,
seorang bangsawan bernama Gothard, yang kemudian membawa St. Rochus ke tempat
penampungan. St. Rochus kemudian melanjutkan karyanya menyembuhkan orang-orang
di desa yang terkena wabah penyakit.
3. St. Antonius Padua dan Seekor Keledai
St. Antonius Padua dipanggil kembali ke Italia untuk melawan
ajaran-ajaran sesat. Dia pergi ke kota Rimini, di Laut Adriatik, Tenggara kota
Padua. Kaum bidat (sesat) mempermainkan dia dan ketika dia berbicara mengenai
Ekaristi, kaum bidat itu menjadi histeris dan mengejek dia.
Ketika kaum bidat mengolok-olok dia saat dia berbicara di
pelabuhan Rimini, ia berbalik menuju laut dan berbicara kepada ikan-ikan.
Ikan-ikan lalu mengangkat sebagian tubuh mereka keluar dari air dan bertengger
seolah-olah berada di atas air. Mereka mendengarkan khotbat yang diberikan oleh
St. Antonius. Ketika St. Antoninus selesai, lalu ia memberkati ikan-ikan itu
dan ikan-ikan itu kembali ke dalam laut.
Musuh-musuh Gereja kewalahan melihat kejadian ini. Berita
mengenai kejadian ini menyebar luas dan kaum bidat berbondong-bondong bertobat. Tetapi ada satu
orang bernama Bonvillo yang tidak terkesan dengan cara persuasif St. Antonius.
Bonvillo berkata kepadanya, “Kamu, yang telah membuat ikan terpesona, mari kita
lihat apakah kamu bisa melakukan hal yang sama terhadap keledaiku.”
Tantangan pun
dibuat. Bonvillo akan berhenti memberi makan keledainya selama tiga hari untuk
membuatnya kelaparan. Setelah tiga hari itu berakhir, St. Antonius akan berdiri
di salah satu ujung alun-alun memegang Tubuh Kristus dan Bonvillo berada di
ujung lainnya dengan seember pakan favorit keledai tersebut. Bila keledai itu
lebih dulu memilih pergi kepada St. Antonius, kaum bidat akan berhenti
menganiaya umat Katolik.
Keledai itu
tidak diberi makan selama tiga hari, sedangkan St. Antonius Padua berpuasa dan
berdoa selama tiga hari. Pada hari ketiga, St. Antonius merayakan Misa Kudus di
gereja setempat. Setelah Misa, St. Antonius membawa Roti yang sudah
terkonsekrasi menuju alun-alun. Alun-alun itu penuh sesak dengan orang-orang,
kaum sesat di satu sisi dan mereka yang sudah bertobat berada di sisi lain. Bonvillo
Si Sesat pergi ke satu sisi alun-alun dengan membawa seember pakan favorit dan
lezat bagi keledainya sedangkan St. Antonius pergi ke sisi lain dengan membawa
Tubuh Kristus. Bonvillo berusaha merayu keledai itu dengan makanan, sementara
St. Antonius memberikan khotbah singkat kepada keledai tersebut.
St. Antonius
berkata, “Ciptaan Allah, dalam nama-Nya, aku memerintahkan kamu untuk datang ke
sini dan menyembah-Nya, sehingga hal itu bisa memberikan kebenaran mengenai
kehadiran nyata Yesus Kristus di dalam Sakramen Ekaristi kepada semua orang.”
Keledai itu mengabaikan majikannya dan makanan itu, lalu pergi ke tempat St.
Antonius yang sedang menunjukkan Tubuh Kristus. Keledai itu berlutut dengan
kedua kakinya lalu menundukkan kepada untuk menyembah.
Lihat juga: Kisah-kisah Para Kudus dan Binatang - 2
Referensi:
1. St. Fransiskus Assisi di situs Yesaya
2. St. Rochus di situs Anaflora
3. St. Antonius Padua dan Keledai di situs Discover Catholic Miracles
Pax et Bonum
follow Indonesian Papist's Twitter