Lanjutan dari artikel sebelumnya: Kisah Para Kudus dan Binatang - 1
4. St.
Korbinianus dan Beruang St. Korbinianus
St. Korbinianus dan Beruang St. Korbinianus (s:wikipedia.org) |
St. Korbinianus
lahir di Châtres, Prancis, pada tahun 680. Ayahnya bernama Waldegiso yang
meninggal saat St. Korbinianus masih anak-anak. Tidak banyak yang kita ketahui
dari masa muda St. Korbinianus. Dia hidup sebagai pertapa selama 14 tahun di
Gereja St. Germanus di Châtres. St. Korbinianus terkenal akan kekudusannya, sebagai
pembuat mujizat dan sebagai pembimbing spiritual.
St. Korbinianus
ingin tetap hidup sebagai seorang pertama dan karena ia memiliki devosi pribadi
yang dalam kepada St. Petrus Rasul, ia kemudian berangkat ke Roma. Saat berada
di hutan di wilayah pegunungan Alpen dalam perjalanan menuju Roma, St.
Korbinianus diserang oleh seekor beruang coklat besar. Kuda beban St.
Korbinianus diserang hingga mati tercabik-cabik oleh beruang tersebut. St.
Korbinianus memarahi beruang itu lalu dengan berani menjinakkan beruang
tersebut. Beruang itu kemudian menjadi jinak dan St. Korbinianus mengikatkan
tali kekang kuda beban yang sudah mati kepada beruang tersebut. St. Korbinianus
juga menaruh barang bawaannya di atas beruang tersebut sebagai hukuman atas
tindakan beruang tersebut menyerang kudanya. Beruang yang sudah jinak itu menemani
St. Korbinianus sambil membawa barang-barangnya hingga ke Roma. Dan setelah
sampai di Roma, St. Korbinianus melepaskan beruang itu dan beruang itu kembali
ke hutan asalnya.
Di Roma, melihat
kemampuan St. Korbinianus, Paus Gregorius II menahbiskannya sebagai Uskup
Freising dan mengutusnya ke Bavaria untuk menginjili suku bangsa Bayern. St.
Korbinianus, Uskup pertama Freising, meninggal pada tahun 730.
Lambang Kepausan Benediktus XVI |
Paus Benediktus
XVI dulunya adalah Uskup München und Freising, penerus Uskup St. Korbinianus di
sana (tahun 1818, Keuskupan Freising dinaikkan statusnya menjadi Keuskupan
Agung München und Freising). Ia menggunakan simbol Beruang St. Korbinianus
sebagai bagian dari lambang kepausannya. Gambar beruang tersebut dapat dilihat di sebelah kanan atas perisai. Makna dari simbol Beruang St.
Korbinianus ini adalah: Beruang yang dijinakkan oleh rahmat Allah adalah Uskup
Freising sendiri dan beban yang dibawanya menggambarkan tanggungjawabnya
sebagai seorang gembala Gereja.
5. Santo Martinus
de Porres dan Tikus-tikus
St. Martinus de Porres dan Berbagai Binatang (s: catholicfire.blogspot.com) |
St. Martinus de Porres
adalah anak tidak sah dari seorang pria bangsawan Spanyol dan wanita budak Indian.
Dia menjadi bruder di biara ordo Dominikan di Lima. Tugasnya sehari-hari
sebagai tukang pangkas rambut, tukang kebun, perawat dan penjaga pintu. Ia
dikenal sebagai santo pelindung karya penghapusan rasialisme.
St. Martinus de
Porres, sama seperti St. Fransiskus Assisi, sangat mencintai binatang. Bila
anda melihat pada gambar berikut ini, anda akan melihat anjing bersama kucing
dan tikus dan merpati yang sedang makan dari satu tempat makan yang sama.
Tikus itu
menjadi simbol penting karya pelayanan St. Martinus de Porres. Kisah ini
dimulai dari sebuah problem – Ruangan Pakaian St. Martinus. St. Martinus de
Porres menemukan tikus-tikus di ruangan. Tikus-tikus ini menggigit kemeja dan
pakaian lainnya, membuat lubang dan menimbulkan yang sangat busuk.
St. Martinus
tidak tahu apa yang harus dilakukan. Superior ordonya menyarankan untuk
menyebarkan racun tikus untuk membunuh tikus-tikus tersebut. Tetapi, St. Martinus
belum melakukan saran tersebut. Dia menunggu dan mengamati sampai suatu hari ia
berhasil menangkap salah satu tikus-tikus tersebut. Dia memegang tikus tersebut
di tangannya. Tampaknya tikus itu merasa bahwa saat itu adalah akhir hidupnya,
jantungnya berdetak kencang. Tetapi kemudian St. Martinus berbicara dengan
tikus dengan lembut dan bersahabat. Dalam waktu singkat, tikus itu merasa
rileks dan tidak lagi takut terhadap St. Martinus.
St. Martinus
menjelaskan permasalahan yang dia hadapi terhadap tikus itu. Dia berkata bahwa
ia tidak dapat membiarkan tikus-tikus itu memakan semua persediaan yang dibutuhkan
biara dan rumah sakit. St. Martinus menyadari bahwa tikus-tikus itu melakukan
hal demikian karena mereka lapar dan tidak punya makanan. St. Martinus membuat
kesepakatan dengan tikus itu. Bila tikus itu membawa teman-temannya ke ujung
taman di mana mereka dapat menemukan tempat baru untuk hidup, St. Martinus berjanji
bahwa tikus-tikus itu akan menerima makanan yang cukup setiap hari.
Ketika St. Martinus
meletakkan teman kecilnya ke lantai, tikus itu bergegas pergi. Dalam hitungan
beberapa menit, dari seluruh ruang pakaian, ratusan tikus kecil keluar dari
setiap sudut dan celah. St. Martinus membimbing tikus-tikus itu keluar dari
ruang pakaian dan pergi ke taman di mana ada tempat yang cocok untuk mereka.
Tikus-tikus itu lalu mengendus tanah dan membuat lubang di mana mereka bisa
membuat tempat tinggal. St. Martinus memegang kata-katanya, seperti yang
tikus-tikus itu yakini. Setiap hari, setelah memberi makan orang-orang di
tempat lain, para pekerja di biara dan orang-orang jalanan; St. Martinus pergi
ke taman dengan membawa makanan bagi tikus-tikus tersebut. Tikus-tikus itu
akhirnya tidak pernah kembali ke ruang pakaian atau mengganggu biara itu lagi.
6. St. Yohanes Bosco dan Seekor
Anjing Bernama Grigio
St. Yohanes Bosco bersama Ibunya dan Grigio (s: angelsandsaintsandus.blogspot.com) |
Revolusi
Perancis telah menyebar ke Eropa. Rakyat mulai beralih pada pemikiran tentang
kebesasan: kebebasan pribadi, kebebasan bernegara, kebebasan dari
adat-istiadat, kebebasan dari Gereja. Ketika Tuhan dan Gereja mulai ditentang
bahkan dihujat, St. Yohanes menggunakan segala daya upaya untuk menentang
mereka. Khotbah-khotbahnya dan tulisan-tulisannya, semuanya itu menghambat
usaha musuh-musuhnya dan amat menjengkelkan mereka. Peluru ditembakkan lewat
jendela kapel, minuman beracun, api dan berbagai macam usaha dilakukan untuk
merenggut nyawanya, tetapi St. Yohanes selamat.
Kisah pertama
St. Yohanes Bosco dan Grigio terjadi pada tahun 1854 ketika St. Yohanes Bosco
pulang larut malam. St. Yohanes berjalan di bagian buruk dari kota tersebut.
Dia melihat dua orang pria berada di depannya, berjalan pelan dan tetap menjaga
langkah mereka. St. Yohanes Bosco awalnya tidak yakin mereka mengejar dia,
tetapi ketika ia mempercepat langkahnya, mereka juga demikian; ketika ia
memperlambat langkahnya, mereka juga melakukan hal yang sama.
St. Yohanes
Bosco menyeberang ke sisi lain jalan. Ketika melihat mereka melakukan hal yang
sama, St Yohanes tahu bahwa ia sedang berada dalam masalah. Dia berbalik untuk
mundur tetapi mereka melompat ke arah dia dan melemparkan jubah hitam ke
kepalanya. St. Yohanes mencoba melawan tetapi sia-sia. Mereka mencoba untuk
menyumbatkan kain ke dalam mulutnya, tetapi tiba-tiba seekor anjing besar dan
mengerikan muncul dari kegelapan malam dan datang ke tempat mereka menyerang
St. Yohanes. Geramannya terdengar seperti seekor serigala atau beruang. Anjing
itu menyerang kedua orang tersebut. Kedua orang tersebut sangat ketakutan dan
memohon kepada St. Yohanes agar menyuruh anjing itu berhenti. St. Yohanes
setuju ketika mereka berjanji untuk berhenti menyerangnya dan pejalan kaki
lain. Setelah St. Yohanes menyuruh anjing itu berhenti, Kedua orang itu lalu
kabur. Anjing itu tidak mengejar mereka melainkan tetapi tinggal di samping St.
Yohanes. Anjing itu dinamai Grigio oleh St. Yohanes yang artinya “abu-abu”.
St. Yohanes
Bosco dan Grigio menjadi rekan. St. Yohanes senang dengan kehadiran Grigio.
Suatu ketika tembakan di arahkan kepadanya dan Grigio menyelamatkannya. Dua
orang berusaha melemparkan sebuah buntalan besar ke arah kepala St. Yohanes dan
Grigio menyelamatkannya. Dua belas orang datang untuk menyerang St. Yohanes dan
Grigio menyelamatkannya pula.
Kadang-kadang
Grigio mampir ke rumah St. Yohanes Bosco. Ia menolak makanan maupun minuman.
Anak-anak kecil bermain-main dengannya dan Grigio amat jinak terhadap mereka.
Tetapi ia tak pernah datang tanpa alasan. Sekali waktu ia datang untuk
memastikan bahwa St. Yohanes sudah tiba di rumah jika ia naik kereta kuda.
Sekali waktu ia datang untuk mencegah St. Yohanes pergi. Ia berbaring di ambang
pintu dan menghalangi jalan keluar. Ketika St. Yohanes menyuruhnya pergi, ia
akan menggeram bahkan ia tidak akan segan-segan menggigit tuannya itu jika St.
Yohanes bersikeras. Keesokan harinya barulah St. Yohanes tahu bahwa sore itu
musuh-musuhnya telah menyiapkan perangkap untuk merenggut nyawanya. Ketika
keadaan sudah aman, Grigio tidak pernah muncul kembali.
Sepuluh tahun
kemudian, St. Yohanes hendak mengunjungi keluarga Moglia. Ia telah
diperingatkan untuk berhati-hati karena perjalanan ke sana tidak aman. “Oh,
andaikan saja Grigio ada di sini!” gumam St. Yohanes. Malam telah larut. Seekor
anjing berlari-lari datang ke arahnya, melompat-lompat dan mengibas-ngibaskan
ekornya dengan gembira. Tentu saja, anjing itu Grigio. Ia menemani St. Yohanes
hingga selamat tiba di tempat pertanian, lalu menghilang.
Referensi:
4. Saint Corbinian di situs SQPN
Penjelasan Mengenai Lambang Kepausan di situs Vatican
5. St. Martinus de Porres di situs Discover Catholic Miracles
6. St. Yohanes Bosco di situs Discover Catholic Miracles
St. Yohanes Bosco di situs Yesaya
Pax et Bonum
follow Indonesian Papist's Twitter