Yesus Memberikan Komuni Kudus di Lidah Para Rasul - Luca Signorelli (1512) |
Yesus menawarkan
keselamatan baik material maupun spiritual. Ia mengundang kita kepada
perjamuan-Nya – Perjamuan Anak Domba. Seperti yang akan kita lihat, perjamuan
ini memiliki dimensi fisik dan spiritual.
Kita telah
mempelajari Yohanes, Pasal 6 – Yesus Sang Roti Kehidupan. Lebih jauh kita telah
melihat: 1) bahwa Yesus sendiri Roti yang dapat memuaskan rasa lapar kita, 2)
bahwa Yesus adalah “Roti yang turun dari Surga” untuk penebusan – sehingga kita
dapat memasuki hubungan dengan Bapa dan 3) bahwa menerima Yesus dalam Kurban
Kudus Ekaristi adalah perlu untuk kehidupan kekal. “... jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya,
kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu.” (Yoh 6:53)
Terdapat
pengajaran-pengajaran yang sangat keras, bahkan mengejutkan, seperti yang Yesus
tunjukkan kali ini. Kita dapat memahami mengapa banyak orang mengundurkan diri
dari Dia. Perhatikan bahwa Kristus tidak berkata, “Kembalilah. Saya hanya bermaksud simbolis saja.” Tidak, Kristus
justru bertanya kepada para rasul-Nya, “Apakah
kamu tidak mau pergi juga?”
Itulah pertanyaan
yang Yesus berikan di hadapan kita sekarang: Apakah kita siap untuk menerima
Yesus – tidak hanya secara spiritual tetapi juga secara fisikal?
Selama berabad-abad,
orang-orang menghendaki untuk menspiritualisasikan Yesus – untuk membuang
jauh-jauh aspek fisik-Nya. St. Yohanes mengingatkan kita mengenai mereka: “Sebab banyak penyesat telah muncul dan
pergi ke seluruh dunia, yang tidak mengaku, bahwa Yesus Kristus telah datang
sebagai manusia.” (2 Yoh 1:7 ; bdk 1
Yoh 4:1-6). Kita dapat melihat bahwa hal ini terlalu menspiritualkan Yesus
terutama dalam Gnostisisme – ajaran sesat kuno yang masih berlangsung sampai
sekarang. Gnostik berpikir bahwa mereka memilik sebuah pengetahuan rahasia
(dalam bhs Yunani “gnosis”) yang
membuat mereka lebih tinggi dibanding sesamanya. Mereka tidak memerlukan
pembaptisan. Mereka tidak memerlukan Ekaristi. Mereka memiliki sebuah rahasia,
pengetahuan superior. Gnostik berpikir bahwa pengetahuan itu – pencerahan itu,
adalah semua yang ia butuhkan.
Umat Kristiani
selalu menolak pendekatan spiritual berlebihan ini. Bagi kita, keselamatan
membutuhkan baik spirit maupun materi. Di sinilah bagaimana C.S. Lewis
mengekspresikan hal itu: “Ada tiga hal
yang mewartakan kehidupan Kristus kepada kita: pembaptisan, keyakinan dan
tindakan-tindakan misteri yang umat Kristiani sebut dengan nama-nama yang
berbeda – Komuni Kudus, Misa Kudus, Perjamuan Anak Domba.” Keyakinan adalah
spiritual tetapi Pembaptisan dan Komuni adalah peristiwa fisik – sakramen-sakramen
(tanda kehadiran Allah yang kelihatan). Kita membutuhkan materi (hal-hal fisik)
untuk keselamatan. Seperti yang Lewis tunjukkan, “Allah menyukai materi. Ia menemukannya.”
Untuk menerima
realitas Kristus secara fisik dan materi berarti bahwa keselamatan memerlukan
kerendahan hati. Saya tidak memiliki pengetahuan yang superior. Saya
diselamatkan sama seperti orang-orang biasa – dengan dibersihkan dalam
pembaptisan dan dengan makan Roti dan Anggur. Tindakan-tindakan ini adalah
tindakan rendah hati seseorang, tetapi dalam kata-kata himne yang indah, “Ini adalah karunia untuk menjadi sederhana,
ini adalah karunia untuk menjadi bebas, ini adalah karunia yang turun di mana
kita seharusnya berada.”
Menerima
material-material berarti bahwa keselamatan melibatkan sesuatu sebagai tambahan
terhadap kerendahan hati. Keselamatan membutuhkan disiplin. Menerima
sakramen-sakramen membuat kita menjadi bagian dari komunitas manusia. Hal itu
memerlukan disiplin dan kerja keras. Tanyakan saja pada pasangan-pasangan yang
sudah menikah.
Dalam bacaan
kedua, St. Paulus berbicara mengenai komunitas perkawinan. Dia memberitahu
istri untuk mempraktikan kerendahan hati. Sekali waktu seorang ibu memberitahu
saya, “Bapa, Saya mencoba untuk menjadi
istri yang rendah hati, tapi masalahnya adalah saya selalu benar dan suami saya
selalu salah.” Saya tahu itu, tapi bagaimanapun juga tetaplah mempraktikkan
kerendahan hati. Dan St. Paulus memberitahu suami untuk mencintai istrinya
seperti Kristus mencintai Gereja. Kristus mencintai mempelai-Nya, yaitu Gereja,
dengan memberikan hidup-Nya bagi Gereja sampai pada titik darah penghabisan.
Dan Darah-Nya membawakan pengampunan dan membuat kita mampu memaafkan satu sama
lain.
Adalah mudah untuk
melihat mengapa orang-orang lebih mementingkan sebuah pendekatan spiritual
secara murni [dan mengabaikan fisik]. Pendekatan seperti ini menghindarkan mereka
dari berbagai pekerjaan rumit untuk membentuk sebuah komunitas.
Untuk menerima
Yesus secara fisik – untuk memakan daging-Nya dan meminum darah-Nya dalam
kehadiran Misa setiap minggu atau setiap hari – memerlukan usaha (kerja keras),
sebuah upaya yang membutuhkan infusi (pemasukan) rahmat. Tetapi, saya memohon
kepada anda, saudara-saudari, janganlah menyerah. Usaha ini akan membawakan
sebuah hadiah, sebuah reward yang
berada di luar bayangan kita.
Ketika saya
menyampaikan seri homili ini, saya berbicara kepada anda mengenai bagaimana
kita semua menginginkan surga dan bagaimana iblis mencoba untuk mengecoh kita
dengan menawarkan surga duniawi kepada kita – sebagai contoh melalui
obat-obatan, alkohol, hal-hal porno, perjudian dan lain-lain. Iblis tidak ingin
membawakan kita kebahagiaan, melainkan kesengsaraan.
Yesus di sisi lain
memanggil kita untuk rendah hati dan bekerja keras, tetapi ia memberikan kita
damai yang membuat kita bertahan. Dan Ia menawarkan kita sekarang mencicipi
surga [dalam Misa Kudus].
Dr. Scott Hahn
telah menulis sebuah buku yang berguna berjudul “Perjamuan Anak Domba: Misa
sebagai Surga di bumi.” Dia menunjukkan kepada kita bagaimana Kitab Wahyu dapat
memperdalam pemahaman kita mengenai apa yang terjadi saat Misa dan bahwa Misa
memberikan kita sebuah kunci untuk membuka Kitab Wahyu. Seperti yang dikatakan
Dr. Hahn, “Menghadiri Misa adalah untuk
memperbaharui perjanjian kita dengan Allah, seperti saat pesta perkawinan –
karena Misa adalah Perjamuan Kawin Anak Domba.”
Misa adalah puncak
dari seluruh kehidupan Kristiani. Di sini kita menerima Yesus tidak hanya
secara spiritual tetapi juga secara fisik – Daging dan Darah-Nya. Terberkatilah
mereka yang dipanggil hadir ke dalam Perjamuan Anak Domba. Amin.
Pater Phil Bloom adalah Pastor Paroki St. Mary of
the Valley, Monroe
Homili di atas diterjemahkan dari situs resmi
paroki tersebut.
Pax et Bonum
follow Indonesian Papist's Twitter