Pengarang Injil memberitakan kenaikan Yesus dengan sangat ringkas. Kisah Para Rasul menyampaikannya lebih luas. Ini berarti bahwa Para Rasul dan generasi Kristen pertama mempunyai kepercayaan yang kokoh dan kuat bahwa Yesus telah naik ke surga. Yesus telah hidup di surga. Kepercayaan mereka tentang hal ini tidak tergoyahkan lagi. Pandangan mereka hanya diarahkan ke atas, dari mana mereka mengharapkan kedatangan Penebus pada akhir zaman. Pemberitaan tentang kenaikan Yesus pada hari keempatpuluh tidak bersifat suatu perpisahan atau suatu pemutusan hubungan. Karena itu mereka pulang ke Yerusalem dengan sangat bersukacita. (Luk 24:52).
Markus dan Lukas memberi kesan seakan-akan kenaikan Yesus berlangsung pada hari kebangkitan itu sendiri. Yohanes memberikan suatu jangka waktu yang lebih panjang, sedangkan Kisah Para Rasul berbicara tentang empat puluh hari.
Rupa-rupanya Para Rasul sudah lebih mengerti daripada sebelumnya. Mereka mengerti bahwa Yesus tidak datang untuk mendirikan kerajaan yang sifatnya duniawi, materiil dan politis. Walaupun demikian mereka masih melekat juga kepada kebesaran lahiriah dan masih memegang kuat pendirian yang bersifat nasional israelitis. Mereka belum dapat berpikir secara universal. Hal itu dapat dilihat dari pertanyaannya: “Tuhan, maukah Engkau pada masa ini memulihkan kerajaan bagi Israel?”. (Kis 1:6). Jawaban Yesus memberikan mereka suatu pandangan yang tepat dan dengan demikian menghilangkan mentalitas keliru yang masih ada. Yesus berkata kepada mereka: “Engkau tidak perlu mengetahui masa dan waktu yang ditetapkan Bapa sendiri menurut kuasa-Nya. Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.” (Kis 1:7-8). Jadi Yesus menolak untuk menentukan waktu. Yesus tidak mau membuat sensasi. Yesus hanya menggarisbawahi bahwa kebahagiaan sifatnya universal dan bahwa tugasnya tidak terbatas. Tugas mereka sebagai saksi harus dibawa sampai ke ujung bumi; itu berarti bahwa tugasnya mencakup seluruh bumi. Tetapi untuk tugas itu mereka tidak perlu bersandar pada kekuatan pribadi. Mereka akan menerima bantuan dari atas dalam waktu yang tidak lama lagi. Karena itu: Jangan tinggalkan Yerusalem, tetapi nantikanlah janji Bapa, yang telah kamu dengar. Sebab Yohanes membaptis dengan air, tetapi tidak lama lagi kamu akan dibaptis dengan Roh Kudus. (Kis 1:4)
Kisah Para Rasul melukiskan dengan sangat sederhana saat kenaikan Yesus ke surga. Sesudah Ia mengatakan demikian, terangkatlah Ia disaksikan oleh mereka. Kis 1:9
Kita dapat mengerti bahwa mata mereka terus mengikuti Yesus dan bahwa hati mereka sangat merindukan kelanjutan kehadiran-Nya. Tetapi harapan mereka hanya tinggal harapan. Ketika mereka sedang menatap ke langit waktu Ia naik, tiba-tiba berdirilah dua orang yang sedang berpakaian putih dekat mereka, dan berkata kepada mereka: “Hai, orang-orang Galilea, mengapakah kamu berdiri melihat ke langit? Yesus ini, yang naik ke surga meninggalkan kamu akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke surga.” (Kis 1:9-10). Para Rasul mendengar pesan itu. Di dalam hati mereka tidak ada lagi sesal dan duka. Mereka kembali ke Yerusalem. Setelah tiba di sana, naiklah mereka ke ruang atas, tempat mereka menumpang. Kis 1:13. Mereka semua bertekun dengan sehati dalam doa bersama-sama, dengan beberapa wanita serta Maria, Ibu Yesus dan dengan saudara-saudara Yesus. (Kis 1:14). Mereka menantikan kedatangan Roh Kudus.
Kenaikan Yesus berlangsung sangat sederhana. Tidak ada keanehan kosmis yang dramatis: langit tidak terbuka: orang tidak melihat malaikat turun menjemput Dia: orang tidak melihat cahaya di langit. Sungguh suatu perbedaan besar dengan kejadian pada saat Ia dibaptis di sungai Yordan dan pada saat Ia dimuliakan di gunung Tabor. Di sini, di tempat kenaikan-Nya orang tidak melihat tanda-tanda kemuliaan Yesus. Ia naik; suatu awan datang menyelubungi Dia dan sejak itu orang tidak melihat-Nya lagi. Hanya sekianlah cerita tentang kenaikan Yesus.
Tetapi kenaikan Yesus mempunyai aspek lain ialah aspek kepercayaan kita. Kristus telah bangkit, bukan untuk menerima kembali kehidupan duniawi, tetapi untuk masuk ke dalam kemuliaan, yang telah diperoleh-Nya melalui kesengsaraan-Nya. Dengan kenaikan itu, Yesus secara definitif dan secara sempurna menerima kemuliaan untuk kemanusiaan-Nya. Kodrat kita memang lemah dan hina, sangat jauh dari Tuhan dan kurang rohani. Tetapi kodrat ini telah dipilih oleh Tuhan dan setelah hilang, dipungut kembali oleh Tuhan, sekalipun harus melalui Jalan Salib dan kematian. Kenaikan Yesus harus memberi kita pengharapan, karena Kristus berada di sana dengan kemanusiaan-Nya. Ia tinggal di sana untuk mempersiapkan tempat bagi kita. Di dalam peristiwa kenaikan Yesus tersisip perjanjian dan jaminan untuk kebahagiaan kekal bagi kita. Di dalam peristiwa kenaikan Yesus tersisip pula suatu peringatan, bahwa mulai dari sekarang kita harus hidup secara surgawi dan harus berpikir secara surgawi.
Pater Herman Embuiru, SVD dalam bukunya “Aku Percaya” halaman 113 dan 114.