Page Persatuan Gereja Orthodox Indonesia yang kerap menyerang dan menuduh Gereja Katolik sesat menuliskan sebuah artikel yang berjudul “5 Poin Alasan Penolakan Gereja Orthodox bahwa Batu Karang (dalam bahasa aslinya Petra) dalam Injil Matius 16 : 18 dirujukkan kepada Petrus.”
Saya memutuskan untuk menulis artikel apologetika untuk menanggapi tulisan page tersebut di blog saya sendiri. Pernyataan page tersebut dalam tulisan berwarna merah. Sedangkan tanggapan saya dalam tulisan berwarna hitam.
1. Tak sesuai dengan Iman Gereja Perdana, Para Bapa Gereja Perdana telah menjelaskan iman mereka yang sampai saat ini masih sama dengan iman Gereja Orthodox yakni Batu karang bukanlah pribadi Petrus melainkan Pengakuan Petrus.“Kemudian, Iman adalah dasar Gereja, sebab hal itu tidak dikatakan pada daging Petrus, namun pada imannya, bahwa gerbang-gerbang Hades tidak akan menguasainya. Namun Pengakuan Imannya telah mengalahkan Hades.”[St.Ambrosius dari Milan. 337 - 397 AD.The Sacrament Of The Incarnation Of Our Lord. IV:32-V:35]
Ini alasan yang tidak berdasar. Para Bapa Gereja mengajarkan bahwa Batu Karang di Mat 16:18 adalah Pengakuan Petrus, tetapi Para Bapa Gereja JUGA mengajarkan bahwa Batu Karang di Mat 16:18 adalah Pribadi Petrus sendiri. Sebenarnya bagaimana posisi Gereja Katolik mengenai “batu karang” dalam Mat 16:18? Gereja Katolik mengakui dan mengimani keduanya bahwa Batu Karang yang dimaksud adalah Petrus sendiri dan Pengakuan Iman Petrus.
KGK 424: Digerakkan oleh rahmat Roh Kudus dan ditarik oleh Bapa, kita percaya dan mengakui tentang Yesus: "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup" (Mat 16:16). Atas wadas iman ini, yang diakui santo Petrus, Kristus membangun Gereja-Nya.
KGK 552: Dalam kolegium kedua belas orang itu Simon Petrus menduduki tempat yang pertama Bdk. Mrk 3:16; Mrk 9:2; Luk 24:34; 1 Kor 15:5.. Yesus mempercayakan kepadanya satu perutusan yang khusus. Berkat wahyu yang Petrus terima dari Bapa, ia mengakui: "Engkaulah Mesias, Putera Allah yang hidup". Dan Tuhan kita berkata kepadanya: "Engkaulah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya" (Mat 16:16-18). Kristus "batu yang hidup" (1 Ptr 2:4) menjanjikan kepada Gereja-Nya yang didirikan atas Petrus itu, kemenangan atas kekuasaan maut. Atas dasar iman yang ia akui, Petrus tetap tinggal wadas Gereja yang tidak tergoyangkan. Ia menerima perutusan supaya menjaga iman itu jangan sampai gugur, dan supaya menguatkan saudara-saudaranya di dalam iman itu Bdk. Luk 22:32.
KGK 881: Tuhan menjadikan hanya Simon, yang ia namakan Petrus, sebagai wadas untuk Gereja-Nya. Ia menyerahkan kepada Petrus kunci-kunci Gereja Bdk. Mat 16:18-19. dan menugaskan dia sebagai gembala kawanan-Nya Bdk. Yoh 21:15-17.. "Tetapi tugas mengikat dan melepaskan yang diserahkan kepada Petrus, ternyata diberikan juga kepada dewan para Rasul dalam persekutuan dengan kepalanya" (LG 22). Jabatan gembala dari Petrus dan para Rasul yang lain termasuk dasar Gereja. Di bawah kekuasaan tertinggi [primat] Paus, wewenang itu dilanjutkan oleh para Uskup.
Dari sini kita bisa melihat bahwa Gereja Katolik mengakui bahwa Pribadi Petrus dan Pengakuan St. Petrus adalah batu karang yang diatasnya Gereja Kristus yang sejati didirikan. Bukan hanya salah satu, tetapi keduanya karena keduanya tidak terpisahkan.
Para Bapa Gereja Perdana pun juga mengimani bahwa Batu Karang di Mat 16:18 adalah Pribadi Petrus juga.
“'...thou art Peter and upon this rock I will build my Church' ... It is on him that he builds the Church, and to him that he entrusts the sheep to feed. And although he assigns a like power to all the apostles, yet he founded a single Chair, thus establishing by his own authority the source and hallmark of the (Church's) oneness...If a man does not fast to this oneness of Peter, does he still imagine that he still holds the faith. If he deserts the Chair of Peter upon whom the Church was built, has he still confidence that he is in the Church?” Cyprian, De Unitate Ecclesiae (Primacy text), 4 (A.D. 251).
“...folly of (Pope) Stephen, that he who boasts of the place of the episcopate, and contends that he holds the succession from Peter, on whom the foundation of the Church were laid...” Firmilian, Epistle To Cyprian, Epistle 75(74):17(A.D. 256).
He suffers him no longer to be called Simon, exercising authority and rule over him already having become His own. By a title suitable to the thing, He changed his name into Peter, from the word 'petra' (rock); for on him He was afterwards to found His Church. (Cyril of Alexandria, T. iv. Comm. in Joan., p. 131)
Holy men are therefore called the temple of God, because the Holy Spirit dwells in them; as that Chief of the Apostles testifies, he that was found to be blessed by the Lord, because the Father had revealed unto him. To him then did the Father reveal His true Son; and the same (Peter) furthermore reveals the Holy Spirit. This was befitting in the First of the Apostles, that firm Rock upon which the Church of God is built, and the gates of hell shall not prevail against it. The gates of hell are heretics and heresiarchs. For in every way was the faith confirmed in him who received the keys of heaven; who looses on earth and binds in heaven. For in him are found all subtle questions of faith. He was aided by the Father so as to be (or lay) the Foundation of the security (firmness) of the faith. He (Peter) heard from the same God, 'feed my lambs'; to him He entrusted the flock; he leads the way admirably in the power of his own Master. (Epiphanius of Salamis, AD. 385, T. ii. in Anchor).
Bahkan St. Ambrosius juga mengimani bahwa St. Petrus adalah Batu Karang yang diatasnya Gereja Kristus didirikan.
"[Christ] made answer: ‘You are Peter, and upon this rock will I build my Church. . . . ’ Could he not, then, strengthen the faith of the man to whom, acting on his own authority, he gave the kingdom, whom he called the rock, thereby declaring him to be the foundation of the Church [Matt. 16:18]?" (Ambrose of Milan, The Faith 4:5 [A.D. 379]).
"It is to Peter that he says: ‘You are Peter, and upon this rock I will build my Church’ [Matt. 16:18]. Where Peter is, there is the Church. And where the Church is, no death is there, but life eternal" (Ambrose of Milan, Commentary on Twelve Psalms of David 40:30 [A.D. 389]).
Dan masih banyak lagi. Anda bisa mengaksesnya di Scripture Catholic dan Scripture Catholic. Anda pun bisa melihat Pengajaran Para Bapa Gereja Timur mengenai Keutamaan Petrus di Indonesian Papist.
Menutup tanggapan terhadap nomor satu, saya kutip pernyataan Kardinal Joseph Ratzinger (sekarang Paus Benediktus XVI) mengenai hal ini:
Kedudukan Petrus sebagai "primus inter pares", yang pertama dari antara yang lain, bukanlah suatu yang asing dari pewartaan Perjanjian Baru. Dia adalah pribadi yang mewakili Gereja menyatakan iman akan Yesus sebagai Putra Allah sehingga kemudian Petrus ditetapkan sebagai batu karang Gereja (bdk. Mat 16:13-20). Petrus adalah batu karang Gereja yang menjadi penyangga dan pembawa ungkapan iman. Pilihan akan Petrus bukanlah karya manusia, melainkan buah rahmat Ilahi, yang akannya manusia bisa taat. Orang akan bertanya, "apakah yang sebenarnya menjadi dasar Gereja : pribadi dan panggilan Petrus atau pengakuan imannya akan Kristus?” Jawabannya adalah : Sebuah pengakuan tidak bisa dipisahkan dari pribadi yang menyatakannya, karena itu pengakuan iman Gereja tidak bisa pula dipisahkan dari Petrus, yang mewakili para rasul, menyatakan iman tersebut. -Joseph Ratzinger-
2. Batu Karang dalam Injil matius itu dituliskan oleh Rasul Matius dengan penggunaan kata Feminim Petra, yang tak mungkin merujuk pada Pribadi Petrus yang adalah Pria. Secara kosakata, kata Petra dan Petros sekalipun memiliki wujud yang sama yaitu karang namun memiliki makna detail yang berbeda, Petros sebagai karang kecil dan Petra sebagai batu karang yang besar.
Hal ini sudah pernah saya buatkan artikelnya. Silahkan cek Indonesian Papist. Perlu diketahui bahwa Injil Matius dituliskan dalam bahasa Yunani Koine (Koine Greek) bukan Attic Greek (Yunani Attic). Koine Greek tidak mengenal perbedaan makna antara “Petra” dan “Petros”, keduanya sama-sama Batu Karang. Keduanya hanya berbeda pada bentuk kata saja, yang satu feminin dan yang satu maskulin. Kata dasar “Batu Karang” dalam Koine Greek memang adalah “Petra”. Tetapi, Karena ini feminin, maka Matius dengan diinspirasi oleh Roh Kudus menuliskan “Petros” yang bentuknya maskulin (lebih sesuai untuk Petrus yang adalah laki-laki) tetapi memiliki arti yang sama dengan “Petra”.
Bahkan, seorang teolog dan filsuf populer Ortodoks bernama Vladimir Solovyev mengatakan demikian:
And yet, if, in the Church, besides the mystical life and the individual life, there exists the social life, this social life must have a definite form based upon a unifying principle peculiar to itself. When we maintain that this specific principle of social unity in the Church is in the first place neither Jesus Christ nor the mass of the faithful, but the monarchical authority of Peter, by means of which Jesus Christ has willed to unite Himself to man as a social and political being, we find our opinion confirmed by the remarkable fact that only in the case of the prince of the Apostles has the attribute of being the Rock of the Church carried with it the title to a distinctive and permanent name. He alone is the Rock of the Church in the special and strict sense of the term, that is to say, the unifying basis of the historic Christian society. (Vladimir Solovyev, Russia and The Universal Church p. 90)
As Peter shares in the sovereign authority of Christ over the Universal Church, so the bishop of Rome who occupies the see of Peter is the living representative of this authority. “Peter does not cease to preside in his see and his consortium with the Eternal Pontiff never fails. For that steadfastness with which he was endowed, when he (Peter) was first made the Rock, by Christ Who is Himself the Rock, has passed to his successors, and wherever any stability is manifest it is beyond doubt the might of the supreme Pastor which is in evidence. (Vladimir Solovyev, Russia and The Universal Church p. 120)
Pada buku yang sama, Solovyev mengutip salah satu sesi pada Konsili Kalsedon 451 M:
The council did not think itself competent to pass fresh judgment on a bishop whom the Pope had already judged, and it was proposed that the Roman legates should pronounce judgment on Dioscorus. Accordingly they did so, having first enumerated all the crimes of the patriarch of Alexandria in these terms: “The most holy and blessed archbishop of great and old Rome, Leo, through us and the holy council here present, and together with the thrice blessed and most glorious Apostle Peter, who is the Rock and base of the Catholic Church and the foundation of the orthodox faith, has deprived the said Dioscorus of episcopal status and expelled him entirely from his priestly office.” (Vladimir Solovyev, Russia and The Universal Church, p. 136)
Di sini bisa kita lihat bahwa Para Bapa Konsili Kalsedon 451 M sendiri mengakui bahwa St. Petrus adalah Batu Karang Gereja Katolik.
3. Jika Katolik Roma merujukkan pendapatnya pada pernyataan Yesus dalam bahasa aram ("Kepha" yang tak memiliki gender), apakah kemudian Katolik Roma menyatakan "Petra" dalam Injil Matius adalah Keteledoran Rasul Matius dalam menulis Injil yang seharusnya dituliskan "Petros", sehingga dapat mengacu pada pribadi Petrus???
Bukan ketelodoran, tentu bukan demikian. Tapi, kita pun bisa melihat ke bahasa asli Yesus kan? Yesus berbahasa Aram dan tentu Ia menggunakan “Kepha” yang tidak mengenal gender. Dengan melihat ke bahasa asli Yesus, kita bisa mengetahui makna yang sebenarnya dari Mat 16:18. Tetapi penafsiran si Admin Ortodoks ini bahwa batu karang di Mat 16:18 adalah “pengakuan iman saja” itulah yang menjadi masalah di sini.
4. Bukankah Roh Kudus yang mengilhami Rasul Matius, jika Rasul Matius dapat salah menulis Injil, apakah kemudian Roh Kudus Yang memberikan wahyu kepada Rasul Matius itu untuk menuliskan Kepha menjadi Petra itu dikatakan dapat salah?
St. Matius tidak dapat salah dalam menulis Injil ketika ia diinspirasikan oleh Roh Kudus. Tetapi pemahaman admin Ortodoks bahwa “hanya pengakuan iman saja” maksud dari “batu karang” pada Mat 16:18 itulah yang keliru. Jadi bukan Roh Kudus yang salah, tetapi admin Ortodoks itu yang salah.
5. Jika Roh Kudus dapat salah, artinya Apakah Katolik Roma menyangkali bahwa Roh Kudus itu Tuhan?
Kesimpulan yang terlalu jauh, padahal Gereja Katolik tidak akan pernah berkata Roh Kudus dapat salah. Terlihat si admin secara sengaja dan tendensius mengambil kesimpulan yang menyerang.
Sekian pembelaan dari saya, semoga bermanfaat. Pax et bonum