Apa yang terjadi pada umat Korintus setelah Paulus berhenti menulis surat kepada mereka?
Oleh Kevin Perrotta
Apakah anda lebih memudah memahami 3 Korintus dari pada 1 Korintus? Apakah anda mau supaya 3 Korintus lebih sering dibacakan dalam lingkaran liturgi? Hati-hati! Pertanyaan-pertanyaan itu menjebak anda. Sebenarnya , tidak ada 3 Korintus dalam Kitab Suci.
Yang ada ialah surat yang ditulis kepada Gereja di Korintus beberapa tahun setelah Paulus menulis 1 dan 2 Korintus. Surat ini sangat dihargai sehingga untuk beberapa umat Kristen, surat ini diperlakukan sebagai bagian dari Kitab Suci. Meskipun surat itu tidak disebut “ 3 Korintus “ dalam Perjanjian Baru, tetapi surat itu sangat menarik dan mengandung banyak hal yang dapat kita pelajari.
Surat itu sebenarnya disebut Surat Pertama Klementinus karena tradisi mengatakan bahwa penulisnya adalah Paus Klementinus, Uskup Roma. Meskipun banyak ahli yang masih menganggap surat itu ditulis oleh Klementinus, tetapi sementara ahli lain menunjukkan bahwa surat itu hanya ditulis oleh Gereja Roma kepada Gereja Korintus. Siapapun di Roma yang menulis surat itu yang penting surat itu sangat tua, kira-kira ditulis pada tahun 96 M. Itu berarti ditulis pada saat Kitab Wahyu sedang ditulis dan sebelum Surat Kedua Petrus ditulis. Maka Surat Pertama Klementinus merupakan dokumen dari zaman Perjanjian Baru, meskipun tidak diterima dalam kanon Perjanjian Baru.
Berbeda dari Surat Pertama Paulus kepada umat di Korintus, Surat Pertama Klementinus memberi kita sedikit informasi tentang perselisihan di Korintus. Mungkin mereka berselisih tentang hal-hal praktis – di rumah siapa mereka akan berkumpul, bagaimana membagi uang kepada anggota-anggota yang miskin, dll. Surat itu hanya menyebutkan satu hal secara khusus: beberapa di antara orang-orang tua telah dipecat dari kepemimpinan mereka secara tidak adil.
Umat Kristen Roma tidak ingin memberi nasihat secara khusus bagiamana mereka harus menyelesaikan perselisihan (meskipun mereka menunjukkan contoh dari beberapa penguasa sekuler yang dengan sukarela meninggalkan kota demi menjaga perdamaian). Tetapi perselisihan umat Korintus dipandang oleh umat Roma sebagai pertanda dari suatu persoalan yang lebih dalam: umat Korintus tidak melihat hubungan mereka satu sama lain sebagai sesama anggota Tubuh Kristus. Umat Kristen Roma mengajak saudara-saudari mereka di Korintus untuk kembali menyadari realita ini.
Umat Kristen Roma menekankan bahwa Kristianitas meliputi bukan hanya melakukan yang benar secara perseorangan, tetapi juga hidup sebagai umat yang dipersatukan dalam kasih. Oleh karena itu adalah suatu kekeliruan besar jika persatuan umat Kristen ini terpecah. Sebagian besar Surat Pertama Klementinus mengutuk sikap dan tindakan yang menghancurkan ikatan kasih dalam komunitas – iri hati, kesombongan, dan suka bertengkar - dan memberi contoh-contoh tentang hal-hal yang membersatukan komunitas, misalnya kerendahan hati, kasih persaudaraan dan pelayanan bagi kebaikan bersama.
Surat itu tidak hanya mengutamakan kerendahan hati dan kasih sebagai tujuan yang harus dicapai, tetapi juga berbicara tentang kasih dan kerukunan dalam komunitas sebagai karunia Allah – suatu karunia yang harus dimohonkan dalam doa. Jadi Surat Pertama Klementinus menyeimbangkan cita-cita yang tinggi tentang kerukunan dalam komunitas Kristen dengan kesadaran bahwa orang Kristen tidak akan mencapai cita-cita ini tanpa rahmat Allah. Baik cita-cita itu maupun ajakan untuk berdoa disebutkan dalam ringkasan Surat Pertama Klementinus yang tercantum dalam artikel ini.
Apa yang dapat kita pelajari dari Surat Pertama Klementinus? Seperti umat Korintus, dari waktu ke waktu orang-orang Kristen zaman ini mengalami perselisihan dalam Gereja. Surat Pertama Klementinus mencerminkan kesadaran yang baik bahwa perselisihan di antara orang-orang yang berniat baik pun bisa berakar pada sikap-sikap yang memerlukan pertobatan. Saya pernah menjadi umat suatu paroki di mana dua imam secara berturutan dikeluarkan dari paroki oleh umat yang suka menentang dalam suatu perselisihan tentang sekolah yang harus ditutup atau tidak. Saya juga pernah menjadi anggota komunitas pembaharuan Kristiani yang bubar karena perselisihan tentang perubahan-perubahan tertentu. Saya berpikir mungkin akan baik bagi paroki dan komunitas pembaharuan tadi seandainya masalah-masalah yang tadi ditangguhkan untuk sementara waktu, dan mengadakan pemeriksaan batin dan visi tentang Tubuh Kristus. Ajakan Surat Pertama Klementinus untuk melakukan pertobatan mungkin akan berguna.
Mungkin kita dapat menemukan dukungan bukan hanya dalam kebijaksanaan umat Kristen Roma, tetapi juga dalam kegagalan umat Korintus. Zaman Perjanjian Baru merupakan zaman pertumbuhan Gereja yang pesat – zaman emas Gereja. Tetapi apa yang kita saksikan dalam Gereja Korintus adalah perpecahan dan pertengkaran dalam masa Paulus, yang dalam satu generasi kemudian mengalami lebih banyak perpecahan dan perselisihan. Mungkin kita bertanya, zaman emas macam apakah itu? Jawabannya, zaman emas yang dinodai oleh kelemahan manusia dan dosa, tetapi diterangi oleh kehadiran Allah.
Jika kita meletakkan gambaran Gereja awal Korintus ini di samping persoalan-persoalan dalam Gereja sekarang, kita dapat menemukan harapan bagi Gereja zaman ini. Meskipun menghadapi kesulitan-kesulitan, komunitas gereja awali, misalnya Gereja Korintus, tetap mempertahankan iman dan menyebarkan Injil selama tiga abad dalam penganiayaan dan pengejaran. Dengan rahmat Allah, meskipun kita mempunyai kelemahan dan kegagalan, kita juga dapat mempertahankan iman dan mewartakan Kristus.
Ringkasan Surat Pertama Klementinus
Pope Clement |
Janganlah menunda untuk mengakhiri perpecahan dan perselisihan. Marilah kita bersujud di hadapan Allah dan menangis, memohon agar Ia yang penuh belas kasih, berdamai kembali dengan kita dan memulihkan kita kepada jalan hidup yang baik dan murni ditandai oleh kasih persaudaraan. Karena kasih persaudaraan ini merupakan pintu gerbang menuju kebenaran, yang terbuka menuju kehidupan seperti yang tertulis: “Bukakanlah aku pintu gerbang kebenaran, aku hendak masuk ke dalamnya, hendak mengucap syukur kepada Tuhan. Inilah pintu gerbang Tuhan, orang benar akan masuk ke dalamnya” (Mzm 118:19-20). Banyak pintu gerbang yang terbuka, tetapi pintu gerbang kebenaran adalah pintu gerbang Kristus. Semua orang yang masuk melalui pintu itu berbahagia, semua orang yang berjalan lurus dalam kekudusan dan kebenaran tidak akan gelisah.
Semakin seseorang menganggap dirinya besar, ia harus menjadi semakin rendah hati, dan berjuang bagi kebaikan sesama dan bukan bagi keuntungan diri sendiri. Biarlah orang yang berada dalam Kristus dan yang mempunyai kasih dalam dirinya mengikuti petunjuk-petunjuk Kristus. Karena Kristus adalah milik orang yang rendah hati, bukan milik orang yang memuliakan dirinya sendiri.
Siapakah yang mampu menjelaskan ikatan kasih Allah? Siapakah yang dapat mengungkapkan kebesaran dan keindahan kasih? Kasih yang mengangkat kita ke atas tidak dapat diukur.
Kasih yang mempersatukan kita dengan Allah.
Kasih yang menutupi banyak dosa.
Kasih yang menyelesaikan segalanya; kasih itu sabar.
Dalam kasih tidak ada percabulan, tidak ada kesombongan.
Kasih tidak mengandung perselisihan. Kasih tidak memberontak.
Kasih melakukan segalanya dalam keserasian.
Dalam kasih, semua orang pilihan Allah disempurnakan.
Tanpa kasih tidak ada yang menyenangkan Allah.
Dalam kasih, Tuhan menerima kita. Karena kasih-Nya kepada kita, Tuhan Yesus Kristus mencurahkan darahNya bagi kita menurut kehendak Allah – tubuh-Nya bagi tubuh kita, hidupNya bagi hidup kita.
Jadi, saudara-saudara yang kukasihi, betapa agung dan indahnya kasih itu! Kesempurnaannya tidak dapat diterangkan. Siapa yang dapat melakukan kasih, kecuali mereka yang dianggap layak oleh Allah? Maka marilah kita mohon demi belas kasih-Nya, agar kita tidak bercela dalam kasih, tanpa prasangka manusia.
Sumber: Sabda Allah bagi Anda - Oktober 1996
Penulis: Kevin Perrotta adalah seorang jurnalis Katolik dan sekarang adalah mantan editor dari God’s Word Today. Ia adalah penulis buku Six Weeks with the Bible, Invitation to Scripture, dan Your One-Stop Guide to the Bible. Kevin Perrotta tinggal di Ann Arbor, Michigan.
Pax et Bonum
Keterangan:
Harap dibedakan antara Surat Pertama Klementinus dengan Surat lain yang disebut Surat Kedua Klementinus. Beberapa orang meyakini Surat Kedua Klementinus ditulis oleh Paus Klementinus, namun Uskup Eusebius dalam bukunya (Ecclesiastical History 3.16.) menyatakan bahwa Paus Klementinus "has left us one recognized epistle". Sebuah surat tersebutlah yang umumnya dikenal sebagai Surat Pertama Klementinus.